Ilustrasi dana asing dalam bentuk dolar AS - - Foto: Depositphotos.
Insi Nantika Jelita • 29 July 2025 10:52
Jakarta: Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menuturkan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan tarif resiprokal efektif terhadap negara-negara maju dan berkembang telah menyebabkan peningkatan ketidakpastian global.
Lalu, penurunan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury), serta pelemahan mata uang dolar AS. Ini mendorong investor melakukan pengalihan modal ke aset-aset safe haven seperti emas dan aset keuangan di Eropa dan Jepang.
"Hal ini berdampak pada aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang berpotensi memberi tekanan pada stabilitas nilai tukar rupiah," kata Josua saat dihubungi Media Indonesia, dikutip Selasa, 29 Juli 2025.
Namun demikian, koordinasi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) diyakini mampu menjaga ketahanan ekonomi nasional. Kebijakan stabilisasi Bank Indonesia (BI) yang dilakukan melalui intervensi aktif di pasar offshore (Non-Deliverable Forward/NDF) maupun pasar domestik melalui Domestic NDF, serta, operasi moneter pro-market diharapkan mampu mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca juga: Melemah Lagi, Rupiah Masih Kebingungan Lawan Kedigdayaan Dolar AS |