Harga Minyak Dunia Naik 2% Gegara Ketegangan Geopolitik

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Minyak Dunia Naik 2% Gegara Ketegangan Geopolitik

Husen Miftahudin • 4 June 2025 08:01

Houston: Harga minyak dunia naik sekitar dua persen pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB) ke level tertinggi dalam dua minggu karena ketegangan geopolitik yang terus-menerus antara Rusia dan Ukraina, serta Amerika Serikat (AS) dan Iran yang tampaknya akan mempertahankan sanksi terhadap kedua anggota OPEC+, Rusia dan Iran, untuk waktu yang lebih lama.
 
Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 4 Juni 2025, harga minyak mentah Brent naik USD1 atau 1,5 persen dan ditutup pada USD65,63 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 89 sen atau 1,4 persen dan ditutup pada USD63,41.
 
Rusia mengatakan upaya untuk mencapai penyelesaian guna mengakhiri perang di Ukraina sangat rumit dan akan keliru jika mengharapkan keputusan segera, tetapi Rusia sedang menunggu reaksi Ukraina terhadap usulannya.
 
Rusia adalah anggota kelompok OPEC+ yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, dan merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah AS, menurut data energi AS.
 
Sementara itu, anggota OPEC, Iran, bersiap menolak usulan kesepakatan nuklir AS yang akan menjadi kunci untuk meringankan sanksi terhadap produsen minyak utama. Iran adalah produsen minyak mentah terbesar ketiga di OPEC setelah Arab Saudi dan Irak pada 2024, menurut data energi AS.
 
Di Kanada, kebakaran hutan yang terjadi di Alberta telah memengaruhi lebih dari 344 ribu barel produksi pasir minyak per hari, atau sekitar tujuh persen dari keseluruhan produksi minyak mentah negara itu.
 

Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak di Tengah Kekhawatiran Pasokan


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Inflasi Eropa turun di bawah target

 
Di Eropa, inflasi Zona Euro menurun di bawah target Bank Sentral Eropa (ECB) bulan lalu karena biaya jasa yang secara mengejutkan rendah, mendukung ekspektasi untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut bahkan ketika ketegangan perdagangan global memicu tekanan harga jangka panjang.
 
Bank sentral seperti ECB menggunakan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga yang lebih rendah dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak dengan mengurangi biaya pinjaman konsumen.
 
Namun, di AS, Presiden Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee mengatakan inflasi yang lebih tinggi akibat tarif impor AS dapat segera terlihat, tetapi ia mengatakan akan memakan waktu lebih lama untuk melihat perlambatan ekonomi akibat tarif.
 
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) merevisi turun perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi global karena dampak perang dagang Presiden AS Donald Trump berdampak lebih besar pada ekonomi AS.
 
Jumlah lowongan pekerjaan di AS meningkat pada April, tetapi PHK mencatat kenaikan terbesar dalam sembilan bulan, yang menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja melemah di tengah prospek ekonomi yang meredup karena tarif.
 
AS telah meminta negara-negara untuk memberikan penawaran terbaik mereka pada negosiasi perdagangan paling lambat Rabu (4/6), saat para pejabat AS meningkatkan upaya untuk menyampaikan sejumlah perjanjian kepada Trump sebelum batas waktu yang ditetapkan sendiri hanya lima minggu lagi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)