Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928. (Istimewa)
Riza Aslam Khaeron • 14 October 2025 17:41
Jakarta: Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober merupakan tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Momen ini lahir dari Kongres Pemuda II tahun 1928 di Batavia (sekarang Jakarta), yang berhasil merumuskan satu ikrar bersama tentang Tanah Air, bangsa, dan bahasa persatuan: Indonesia.
Di balik keberhasilan kongres tersebut, terdapat tokoh-tokoh muda dari berbagai daerah dan organisasi yang memainkan peran sentral dalam merumuskan dan menyelenggarakan agenda persatuan nasional.
Berikut tokoh-tokoh penting peristiwa bersejarah tersebut.
Panitia Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II berlangsung selama dua hari, 27-28 Oktober 1928. Kepanitiaan inti diketuai oleh Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), organisasi pelajar yang progresif dan nasionalis. Susunan lengkap panitia sebagai berikut:
- Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
- Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
- Sekretaris: Mohammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
- Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
- Pembantu I: Johan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
- Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia)
- Pembantu III: R.C.I. Senduk (Jong Celebes)
- Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
- Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemuda Kaum Betawi)
Susunan ini merepresentasikan keragaman etnis dan organisasi kepemudaan dari berbagai penjuru Hindia Belanda.
Perumus Naskah Sumpah Pemuda
Mohammad Yamin, seorang tokoh dari Sumatra Barat yang juga dikenal sebagai penyair dan ahli hukum, diyakini sebagai perumus utama teks ikrar
Sumpah Pemuda. Naskah tersebut ditulisnya dalam bentuk putusan kongres dan dibacakan pada akhir sidang pada 28 Oktober 1928.
Penasihat dan Pembicara Penting
Tokoh-tokoh senior yang hadir dan menjadi pembicara di antaranya adalah:
- Soenario Sastrowardoyo – tokoh pergerakan dan ahli hukum, menjadi penasihat kongres serta memberikan pandangan hukum-politik dalam forum diskusi.
- Ki Sarmidi Mangunsarkoro – tokoh pendidikan yang menekankan pentingnya pendidikan kebangsaan dan kesetaraan bagi anak-anak Indonesia.
Tokoh Musik dan Simbol Persatuan
- Wage Rudolf Supratman (W.R. Supratman) memainkan lagu "Indonesia Raya" dengan biola di hadapan para peserta kongres. Lagu ini menjadi pemicu semangat dan kelak ditetapkan sebagai lagu kebangsaan.
- Theodora Athia Salim (Dolly Salim), putri Haji Agus Salim, dipercaya sebagai penyanyi pertama lagu "Indonesia Raya" di forum terpisah, menjadikannya bagian dari sejarah musik kebangsaan.
Tokoh Pendukung Gagasan Bahasa Persatuan
Sebelum Kongres Pemuda II, Mohammad Tabrani telah menggagas penggunaan istilah "Bahasa Indonesia" sebagai nama resmi dari bahasa Melayu yang dijadikan bahasa persatuan. Pandangan ini menjadi fondasi bagi butir ketiga dalam ikrar
Sumpah Pemuda.
Para tokoh Kongres Pemuda II bukan hanya pelaku sejarah, tetapi juga perumus identitas kolektif bangsa. Lewat peran mereka, semangat persatuan lintas suku, agama, dan organisasi diwujudkan dalam satu ikrar monumental yang terus dikenang hingga hari ini. Tanpa mereka, 28 Oktober tidak akan menjadi simbol persatuan nasional yang kita kenal sekarang.