Tentara Oposisi Sudan Dituduh Bunuh Ribuan Warga Sipil di El-Fasher

Foto pengungsi akibat konflik Sudan. (UN Photo)

Tentara Oposisi Sudan Dituduh Bunuh Ribuan Warga Sipil di El-Fasher

Riza Aslam Khaeron • 29 October 2025 15:54

El Fasher: Tuduhan serius terhadap pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di Sudan kembali mencuat setelah kelompok tersebut merebut kota El Fasher di wilayah Darfur barat. Dalam beberapa hari terakhir, berbagai laporan dan bukti visual yang beredar menunjukkan indikasi kuat terjadinya pembantaian massal terhadap warga sipil tak bersenjata.

Melansir The Guardian, kelompok Joint Forces yang bersekutu dengan militer Sudan menuduh RSF telah mengeksekusi lebih dari 2.000 warga sipil di El Fasher. Salah satu video yang dirilis oleh aktivis lokal menunjukkan seorang anggota RSF yang dikenal kerap melakukan eksekusi, menembak mati warga sipil dari jarak dekat saat mereka duduk di tanah.

Video lain yang belum terverifikasi memperlihatkan puluhan mayat tergeletak di dekat kendaraan yang hangus terbakar.

Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Universitas Yale, yang memantau konflik di Sudan menggunakan citra satelit dan intelijen sumber terbuka, mengungkapkan adanya bukti kuat bahwa pembantaian massal telah terjadi.

Menurut mereka, El Fasher tampaknya sedang mengalami "pembersihan etnis sistematis" terhadap komunitas non-Arab seperti Fur, Zaghawa, dan Berti, melalui pengusiran paksa dan eksekusi singkat. Peneliti utama Yale menyebut skala kekerasan di kota itu setara dengan 24 jam pertama genosida Rwanda.

RSF sendiri mengklaim telah merebut markas utama militer di kota itu dan menyatakan bahwa mereka telah "menguasai kota El Fasher dari tangan milisi dan tentara bayaran." Kepala militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mengakui bahwa pasukannya telah mundur ke lokasi yang lebih aman.
 

Baca Juga:
Cegah Korban Massal Warga Sipil, Militer Sudan Tarik Pasukan dari El-Fasher

Situasi kemanusiaan di El Fasher memburuk dengan cepat. Lebih dari satu juta orang telah mengungsi sejak awal perang, dan sekitar 260.000 warga sipil—setengahnya adalah anak-anak—masih terjebak di kota tanpa bantuan. Badan migrasi PBB melaporkan lebih dari 26.000 orang melarikan diri sejak Minggu, menuju daerah pinggiran atau kota Tawila di barat.

Organisasi medis seperti Médecins Sans Frontières melaporkan lonjakan besar jumlah korban luka. Sejak Minggu malam, sebanyak 130 orang telah dirawat di rumah sakit Tawila, termasuk 15 dalam kondisi kritis.

Sementara itu, Emi Mahmoud dari jaringan Pengungsi Internal Darfur menyebut tragedi ini sebagai "tahap akhir dari genosida Darfur", menggambarkan parit-parit yang dipenuhi jenazah keluarga dan tetangga yang dikenalnya.

PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan memperingatkan risiko eskalasi besar-besaran. Komunikasi dari dalam kota sebagian besar terputus akibat pemadaman jaringan, dan warga El Fasher yang selamat baru mengetahui nasib keluarganya dari video-video eksekusi yang beredar luas di media sosial.

Dengan jatuhnya El Fasher ke tangan RSF, seluruh lima ibu kota negara bagian di Darfur kini telah dikuasai oleh kelompok tersebut. Hal ini menandai titik balik penting dalam perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 150.000 orang dan menggusur lebih dari 14 juta penduduk sejak April 2023.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arga Sumantri)