Luhut Bocorkan Langkah Strategis RI Hadapi Skenario Terburuk Ekonomi Global

Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: MI/Susanto.

Luhut Bocorkan Langkah Strategis RI Hadapi Skenario Terburuk Ekonomi Global

Insi Nantika Jelita • 12 June 2025 20:47

Jakarta: Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pemerintah tengah menyiapkan skenario menghadapi ketegangan perdagangan global, terutama akibat lonjakan impor Amerika Serikat (AS) yang memicu ketidakstabilan.

Luhut menegaskan pentingnya langkah-langkah strategis dalam menghadapi situasi ekonomi global yang tak menentu. Dia membeberkan pagi ini sekitar pukul 9.30 WIB, para menteri Presiden Prabowo Subianto mengadakan rapat untuk membahas perkembangan perang dagang, serta seberapa besar dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.

"Ini menjadi dasar penyusunan rekomendasi yang disiapkan presiden karena hal-hal masih tidak stabil," kata Luhut dalam acara International Conference on Infrastructure 2025 di Jakarta, Kamis, 12 Juni 2025.

Dia menyebut ketidakpastian global kian kompleks. Di satu sisi, AS tengah menghadapi tekanan internal, sementara Tiongkok juga menghadapi tantangan ekonominya sendiri. Situasi serupa terlihat di Eropa yang terdampak konflik dengan Rusia, serta penurunan kehadiran AS di kawasan tersebut.

"Dalam kondisi yang sulit diprediksi ini, kita harus menyiapkan skenario terburuk agar siap menghadapi segala kemungkinan," beber mantan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) itu.

Dia menekankan pentingnya menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas lima persen, guna mencapai target ambisius delapan sampai sembilan persen pada 2028-2029. Menurut Luhut, target ini bukan hal yang mustahil jika dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dan efisiensi kebijakan.

Salah satu program prioritas yang dinilai memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan adalah makan bergizi gratis (MBG). Berdasarkan kajian DEN, MBG diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,01 persen sampai 0,26 persen, menciptakan 0,9 juta hingga 1,9 juta lapangan kerja baru, serta menurunkan tingkat kemiskinan hingga empat persen.

Kemudian, Luhut juga menekankan pentingnya disiplin fiskal. Efisiensi dalam pengeluaran negara dianggap sebagai kunci. "Oleh karena itu, Presiden mendorong percepatan reformasi birokrasi, termasuk peluncuran teknologi pemerintahan (GovTech) pada Agustus mendatang," jelas dia.

GovTech dirancang untuk meningkatkan layanan pemerintah dengan lebih cepat, mudah, dan efisien. Luhut juga menyoroti keberadaan e-katalog dalam pengadaan pemerintah, yang dianggap sebagai langkah konkret menuju pengelolaan anggaran yang lebih transparan dan efektif.
 

Baca juga: Gara-gara Perang Dagang, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 2,3%


(Ilustrasi resesi ekonomi global. Foto: Freepik)
 

Ekonomi melambat


Terpisah, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi nasional di tahun ini hanya sekitar 4,75 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Proyeksi ini tidak jauh berbeda dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen di 2025.

Dalam paparannya pada acara Media Day June 2025, Rully menjelaskan perlambatan ini tidak terlepas dari kondisi fundamental ekonomi yang masih cukup menantang. Dia menyebut tekanan terhadap perekonomian nasional kemungkinan akan semakin terasa pada paruh kedua 2025.

"Besar kemungkinan, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun depan akan lebih rendah dibandingkan kuartal pertama," terang dia.

Salah satu indikator utama perlambatan ini adalah neraca perdagangan Indonesia yang mengalami penyempitan cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu, sektor manufaktur juga menunjukkan sinyal pelemahan, tercermin dari kontraksi Purchasing Managers' Index (PMI) selama dua bulan berturut-turut.

"Neraca perdagangan yang menyempit secara signifikan dan kontraksi dua bulan berturut-turut pada PMI manufaktur menjadi indikator lemahnya momentum industri," jelas Rully.

Dia berpendapat arah kebijakan moneter Indonesia amat dipengaruhi oleh keputusan suku bunga The Fed pada 2025. Bank Indonesia diperkirakan akan tetap berhati-hati, fokus pada stabilitas, dan secara selektif membuka ruang untuk penurunan suku bunga.

Dalam jangka menengah, ekspor Indonesia diprediksi tetap tumbuh meskipun melambat, dari 2,35 persen pada 2025 menjadi 5,25 persen pada 2027. Sementara itu, impor diperkirakan naik tipis dari 5,65 persen menjadi 5,75 persen pada periode yang sama.

Inflasi diproyeksikan tetap terkendali pada 2,50 persen di 2025, sedikit meningkat menjadi 2,81 persen di 2026, sebelum kembali stabil di 2,50 persen pada 2027.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan menguat secara bertahap, dari rata-rata Rp16.650 per dolar AS pada 2025 menjadi Rp15.900 per dolar AS di 2027.

Meski demikian, Rully menilai pergerakan IHSG yang saat ini berada di kisaran 7.200 lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global daripada fundamental ekonomi domestik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)