Ilustrasi. Medcom.id.
Siti Yona Hukmana • 24 February 2024 18:16
Jakarta: Organisasi masyarakat sipil Migrant Care mendorong Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengaudit logistik Pemilihan Umum (Pemilu) metode pos. Pasalnya, pendistribusian logistik Pemilu 2024 menggunakan pos itu dinilai banyak menghilangkan surat suara dan membuang banyak biaya.
"Apalagi metode pos sering jadi alat perdagangan surat suara karena pengiriman metode pos tidak bisa ditelusuri," kata Trisna Dwi Yuni Aresta dari Migrant Care di Jakarta, Sabtu, 24 Februari 2024.
Trisna mencontohkan di Hongkong hanya 41 persen pemilih yang bisa menggunakan hak suaranya. Jumlah itu, kata dia, berkurang lagi karena pengguna hak pilih metode TPS (31 persen) ataupun metode pos (31 persen), hanya sebagian.
"Dari jumlah yang kurang, itu pun berkurang lagi dimana ada 49 persen yang tidak digunakan (kembali ke pengirim) atau tidak dikembalikan," ungkapnya.
Baca juga: Partisipasi Pemilih Pemungutan Suara Susulan dan Lanjutan Anjlok |