Ilustrasi. Foto: Freepik.
Ade Hapsari Lestarini • 3 January 2025 12:31
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) melanjutkan tren penguatan intraday pada Kamis, 2 Januari 2024, mendekati level USD2.650 setelah libur Tahun Baru. Logam mulia ini kembali diminati sebagai aset safe haven, terutama menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang dijadwalkan pada 20 Januari.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, dalam analisis teknikalnya menjelaskan, kombinasi analisis candlestick dan indikator Moving Average mengindikasikan tren bullish semakin dominan, memberikan sinyal emas berpotensi mencapai level USD2.663 pada hari ini. Namun, jika terjadi reversal, harga berpeluang turun hingga target terdekat di USD2.646.
Menurut Andy, proyeksi kenaikan emas ini didorong oleh ketidakpastian global yang diperkirakan meningkat di bawah pemerintahan Trump. Kebijakan ekonomi Trump, seperti tarif impor yang lebih tinggi dan pengurangan pajak, diprediksi akan memberikan dorongan pada harga emas.
Andy mengatakan, tarif impor yang lebih tinggi dapat memicu perang dagang global, sementara pengurangan pajak berpotensi meningkatkan inflasi di Amerika Serikat. Dalam kondisi seperti ini, emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, cenderung berkinerja lebih baik.

Ilustrasi. Freepik
Emas jadi aset menarik
Pada Jumat, 3 Januari 2025, harga emas semakin menguat hingga mendekati level USD2.662. Para investor melihat emas sebagai aset yang menarik di tengah perlambatan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun, yang turun ke 4,54 persen. Penurunan ini mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan imbal hasil seperti emas. Sementara itu, Dolar AS (USD) tetap menunjukkan penguatan, dengan Indeks Dolar AS (DXY) mencatatkan level tertinggi dalam dua tahun terakhir di 108,90.
Penguatan dolar AS ini didorong oleh ekspektasi inflasi yang tinggi di bawah kebijakan pemerintahan Trump, yang diprediksi akan membuat Federal Reserve mengambil langkah kebijakan yang lebih moderat. Di sisi lain, data ekonomi AS yang kuat turut memperkuat sentimen terhadap Dolar. Klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir pada 27 Desember dilaporkan turun menjadi 211 ribu, lebih rendah dari ekspektasi 222 ribu dan angka sebelumnya 220 ribu.
Faktor geopolitik juga turut mendukung kenaikan harga emas. Serangan udara Rusia di Kyiv pada Hari Tahun Baru, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan signifikan, serta serangan militer Israel di Gaza, meningkatkan kekhawatiran global. Dalam kondisi geopolitik yang tidak menentu, emas sering menjadi pilihan investasi utama karena statusnya sebagai aset aman.
"Secara keseluruhan, harga emas diperkirakan tetap dalam tren
bullish dengan potensi kenaikan hingga USD2.663. Namun, investor perlu mewaspadai potensi pembalikan harga jika tekanan dari faktor-faktor eksternal meningkat. Kombinasi data ekonomi yang positif di AS, kebijakan pemerintahan Trump, dan ketegangan geopolitik global akan terus memengaruhi pergerakan emas dalam waktu dekat," jelas Andy.