Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 7 July 2025 21:00
London: Lembaga think-tank milik mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yakni Tony Blair Institute (TBI), dikaitkan dengan sebuah proyek kontroversial terkait rencana rekonstruksi Gaza pasca-perang, yang oleh banyak pihak dikecam karena mengandung unsur pembersihan etnis terhadap warga Palestina.
Laporan investigatif Financial Times (FT) yang dirilis pada Minggu, 6 Juli 2025, mengungkap adanya dokumen presentasi berjudul The Great Trust—sebuah proposal dari sekelompok pengusaha Israel dengan dukungan konsultan dari Boston Consulting Group (BCG).
Mengutip dari Middle East Eye, Senin, 7 Juli 2025, rencana BCG mengasumsikan bahwa setidaknya 25 persen warga Palestina akan meninggalkan Gaza "secara sukarela", dan sebagian besar dari mereka tidak akan pernah kembali. Belum jelas apakah warga Palestina akan memiliki pilihan dalam hal ini, namun proposal ini telah secara luas dikecam sebagai bentuk pembersihan etnis terhadap penduduk asli wilayah tersebut.
Proyek ini bertujuan untuk mengubah wilayah Gaza—yang sebagian besar telah hancur akibat serangan Israel—menjadi pusat investasi yang menguntungkan. Elemen inti dari proposal ini termasuk skema perdagangan berbasis blockchain, zona ekonomi khusus dengan pajak rendah, dan pulau-pulau buatan yang dimodelkan berdasarkan garis pantai Dubai.
Meskipun TBI menegaskan bahwa mereka tidak menyusun atau mendukung dokumen tersebut, dua staf lembaga itu dilaporkan berpartisipasi dalam diskusi terkait inisiatif tersebut.
Tony Blair Institute didirikan oleh mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair pada tahun 2016 dengan tujuan menggalakkan reformasi kebijakan global dan memerangi ekstremisme.