Punya Potensi Besar, RI Bakal Bangun Ekosistem Biochar

Punya Potensi Besar, RI Bakal Bangun Ekosistem Biochar

Eko Nordiansyah • 9 July 2025 12:54

Jakarta: Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) resmi diluncurkan sebagai wadah kolaboratif dan strategis untuk pengembangan teknologi dan pemanfaatan biochar. Ketua Umum ABII Hashim Djojohadikusumo mengatakan, Indonesia memiliki potensi biomassa yang melimpah.

Dengan dukungan lintas sektor, Hashim menyebut, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat pengembangan teknologi dan pasar biochar global. ABII hadir untuk menyatukan visi ini dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekosistem biochar internasional.

"Peluncuran ini menjadi tonggak awal dari perjalanan panjang untuk membawa biochar dari laboratorium dan lahan pertanian ke kebijakan publik, pasar karbon, dan solusi perubahan iklim global," ujarnya dalam Public Launching ABII dikutip Rabu, 9 Juli 2025.

Bahkan, Hashim meyakini Indonesia bisa menjadi negara adidaya dari biochar. Sebab, tidak banyak negara di dunia yang memiliki sumber daya alam berupa biomassa seperti Indonesia, disamping ada DRC Kongo, Brasil, dan Venezuela.

“Jarang ada negara seperti kita. Negara-negara tropis yang punya biomassa luar biasa. Bukan berupa pertanian tapi juga berupa hutan. Ini adalah kekayaan kita, ini adalah suatu sumber luar biasa. Indonesia saya yakin, semua yakin bisa jadi adidaya, super power dari biochar,” kata Hashim.
 

Baca juga: 

Rayu Trump, Indonesia Bakal Beli Produk Pertanian dan Energi AS senilai Rp500 Triliun



(Peluncuran Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII). Foto: Dok istimewa)

Teknologi biochar untuk pertanian

Direktur Eksekutif ABII Phil Rickard menjelaskan, biochar adalah arang hasil proses pirolisis biomassa organik seperti limbah pertanian (jerami, sekam, cangkang sawit, dan lainnya). Proses ini tidak hanya menghasilkan bahan yang sangat berguna untuk pertanian dan reklamasi tanah, tetapi juga mampu menyimpan karbon dalam jangka panjang, sehingga menjadi andalan untuk mitigasi perubahan iklim.

Menurutnya, biochar terbukti meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kelembaban, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan bahkan membantu retensi unsur hara. Teknologi ini juga telah diakui dalam berbagai kerangka kerja Carbon Dioxide Removal (CDR) secara internasional.

“Hasil pembakarannya adalah sesuatu yang terlihat seperti arang. Namun, tidak seperti arang biasa, biochar memiliki banyak manfaat ketika dikembalikan ke tanah. Manfaat utamanya adalah meningkatkan kesuburan tanah dan daya serap air, yang tentu saja akan meningkatkan hasil panen setiap tanaman,” kata Phil.

“Pertanyaan saya adalah kenapa ini penting untuk Indonesia, dan kenapa kami melakukan ini? Karena di Indonesia ada lebih dari 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan setiap tahun, dan harus melakukan sesuatu untuk hal tersebut,” sambung Phil.

Lebih lanjut Phil menyampaikan, salah satu masalah polusi di Indonesia juga berasal dari lahan sawah dan delta karena sisa jerami dan limbah pertanian lainnya dibakar oleh petani. Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) masih terus mencari cara pendekatan kepada petani untuk menghentikan kegiatan tersebut.

“Saya berharap, dengan adanya biochar dan dukungan dari pemerintah, kita bisa mencari solusi agar para petani bisa mendapat penghasilan tambahan dari limbah itu dengan mengirimkannya ke fasilitas-fasilitas biochar yang sedang kami dan beberapa perusahaan lain dirikan,” kata dia.

Membangun ekosistem biochar nasional

ABII dibentuk sebagai respons terhadap meningkatnya urgensi penggunaan teknologi berbasis karbon dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, degradasi lahan, dan ketahanan pangan nasional. Dengan menjadi wadah lintas sektor, ABII bertujuan untuk:
  1. Mengenalkan biochar kepada masyarakat luas, termasuk petani, pelaku industri, akademisi, pemerintah, dan masyarakat umum.
  2. Mendukung pengembangan riset dan inovasi di bidang teknologi produksi biochar dan aplikasinya dalam berbagai sektor (pertanian, kehutanan, energi, dan reklamasi lahan).
  3. Menyediakan forum komunikasi dan kolaborasi antara pelaku bisnis, peneliti, pembeli biochar, hingga pengambil kebijakan.
  4. Mendorong standarisasi dan sertifikasi biochar agar dapat digunakan secara luas dengan kualitas yang terjamin.
Dengan kolaborasi erat bersama lembaga penelitian dan universitas, ABII juga akan menjadi motor penggerak utama dalam memperluas literasi masyarakat mengenai manfaat biochar dan membangun ekosistem biochar Indonesia yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)