Negosiasi Langsung Ukraina-Rusia di Istanbul Berakhir Tanpa Kesepakatan Gencatan Senjata

Negosiasi langsung Ukraina dan Rusia di Istanbul, Turki, 16 Mei 2025. (Dok. Kementerian Luar Negeri Turki)

Negosiasi Langsung Ukraina-Rusia di Istanbul Berakhir Tanpa Kesepakatan Gencatan Senjata

Riza Aslam Khaeron • 17 May 2025 13:31

Istanbul: Negosiasi langsung pertama antara Rusia dan Ukraina dalam tiga tahun terakhir, yang berlangsung pada Jumat, 16 Mei 2025 di Istana Dolmabahçe, Istanbul, berakhir tanpa hasil signifikan. Meski cuaca di Istanbul berangsur cerah, harapan akan tercapainya perdamaian tetap suram.

"Kami siap menyetujui gencatan senjata hari ini," ujar Heorhii Tykhyi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, dalam konferensi pers Jumat sore, 16 Mei 2025, dikutip dari CNN. Namun, menurutnya, delegasi Rusia memiliki "mandat terbatas," sehingga kesepakatan tak tercapai.

Melansir CNN pada Jumat, 16 Mei 2025, pihak Rusia telah dengan jelas menyatakan bahwa gencatan senjata tanpa syarat tidak masuk dalam agenda mereka.

Rusia bersikeras bahwa Ukraina harus menarik pasukannya dari wilayah yang belum diduduki Rusia sepenuhnya di empat daerah—Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson—yang secara ilegal dicoba dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2022. Permintaan ini dinilai "terlalu berlebihan" oleh Wakil Presiden AS, JD Vance, dalam pernyataan sebelumnya di bulan Mei 2025.

Di tengah ketidakpastian ini, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang hadir di Istanbul, memberikan pernyataan kritis.

"Kami datang karena diberitahu bahwa mungkin ada keterlibatan langsung antara pihak Rusia dan Ukraina; itulah rencana awalnya. Tapi nyatanya tidak demikian, atau jika iya, tingkatnya tidak seperti yang kami harapkan," ujar Rubio, Istanbul, 16 Mei 2025, dikutip dari CNN.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, segera merespons situasi dengan mengadakan konferensi telepon bersama Presiden AS Donald Trump dan sekutu-sekutu Eropa dari Albania.

"Ukraina siap mengambil langkah tercepat untuk menciptakan perdamaian yang nyata," tulis Zelensky melalui media sosialnya.

"Jika Rusia menolak gencatan senjata penuh tanpa syarat, sanksi keras harus diberlakukan," tambah Zelensky.

Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Sergiy Kyslytsya, menekankan perlunya melanjutkan tekanan terhadap Rusia.
 

Baca Juga:
Menlu AS: Tak Ada Harapan Tinggi dari Pembicaraan Rusia-Ukraina di Turki

"Keberhasilan tentatif dari negosiasi hari ini masih perlu dikonsolidasikan," ujar Kyslytsya di Istanbul pada Jumat, 16 Mei 2025, dikutip CNN. "Itu berarti tekanan terhadap Federasi Rusia harus terus berlanjut."

Meskipun hasil yang signifikan tidak tercapai, delegasi Ukraina berusaha menyoroti beberapa pencapaian positif, salah satunya adalah persetujuan kedua negara untuk melakukan pertukaran tahanan.

"Jika kami berhasil menyepakati pertukaran 1.000 tahanan dengan 1.000 tahanan, kami berpikir ini sudah bagus," ujar Tykhyi.

"Ini adalah pencapaian besar oleh delegasi Ukraina," tambah Tykhyi.

Sementara itu, Rusia memberikan respons sederhana atas hasil perundingan tersebut.

"Kami puas dengan hasilnya dan siap melanjutkan kontak kami," ujar Vladimir Medinsky, kepala negosiator Rusia di Istanbul, Jumat, 16 Mei 2025, dikutip CNN.

Presiden AS Donald Trump berjanji untuk segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas situasi ini lebih lanjut, meski belum ada tanggal pasti untuk pertemuan tersebut.

"Tidak akan ada kemajuan berarti (di Ukraina) hingga Putin dan saya bertemu secara langsung," tegas Trump.

Pertemuan ini menunjukkan adanya kebuntuan yang persisten, dengan Rusia kembali menolak gencatan senjata, mengabaikan panggilan untuk mengirim pejabat tingkat tinggi ke perundingan, dan mengajukan tuntutan yang dianggap tidak dapat diterima oleh AS dan sekutunya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)