Kepala UNRWA Philippe Lazzarini. (Anadolu Agency)
Gaza: Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, pada Senin, 21 Juli, menyampaikan kecaman keras terhadap operasi distribusi makanan yang dilakukan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di Jalur Gaza. Ia menyebut kelompok itu bertindak seperti “tentara bayaran” dan berkontribusi terhadap runtuhnya norma kemanusiaan secara drastis.
Dalam pernyataan resminya, Komisaris Jenderal UNRWA menggambarkan skema distribusi GHF sebagai “perangkap maut yang sadis,” di mana warga sipil yang kelaparan menjadi sasaran tembakan saat mencoba mendapatkan bantuan pangan.
“Penembak jitu melepaskan tembakan ke kerumunan seolah-olah mereka diberi izin untuk membunuh. Ini adalah perburuan manusia secara massal tanpa pertanggungjawaban,” ujar Lazzarini, seperti dikutip Anadolu Agency, Selasa, 22 Juli 2025.
Ia menyatakan lebih dari 1.000 warga sipil kelaparan dilaporkan tewas saat mencoba mengakses makanan sejak akhir Mei 2025.
Sistem Bantuan yang Gagal
Lazzarini menyoroti kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di
Gaza, di mana rasa lapar dan kelelahan juga melumpuhkan tenaga kesehatan dan para relawan.
“Tidak ada yang luput. Para dokter, perawat, jurnalis, hingga pekerja kemanusiaan juga ikut kelaparan,” tambahnya.
Ia menegaskan kembali bahwa model distribusi bantuan seperti yang dijalankan GHF tidak dapat diterima.
“Distribusi semacam ini bukan norma baru yang bisa kita terima. Bantuan kemanusiaan bukan tugas para tentara bayaran,” ujarnya.
Ia mendesak agar kekerasan segera dihentikan dan mekanisme bantuan internasional yang sah dikembalikan, sambil menekankan bahwa PBB dan mitranya memiliki kapasitas serta pengalaman untuk memberikan bantuan yang aman dan bermartabat dalam skala besar.
“Kami telah membuktikannya berulang kali selama jeda kemanusiaan sebelumnya,” kata Lazzarini.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 99 warga Palestina tewas dan lebih dari 650 orang luka-luka hanya dalam kurun 24 jam terakhir saat mencoba mendapatkan bantuan kemanusiaan. Dengan data terbaru ini, total warga Palestina yang tewas dalam upaya mencari bantuan sejak 27 Mei telah mencapai 1.021 jiwa, sementara lebih dari 6.511 lainnya terluka.
GHF, organisasi asal Amerika Serikat (AS) yang didukung Israel, mulai beroperasi di Gaza sejak akhir Mei, menggantikan peran lembaga-lembaga internasional seperti PBB setelah Israel memutus pasokan ke wilayah tersebut sejak Maret. Namun, operasinya mendapat kecaman karena tingginya korban jiwa yang terjadi selama distribusi bantuan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 59.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan militer Israel. Serangan ini telah meluluhlantakkan infrastruktur Gaza, menghancurkan sistem layanan kesehatan, dan menyebabkan krisis pangan yang parah.
November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di wilayah tersebut. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Pernyataan Bersama 25 Negara: Perang Gaza Harus Segera Diakhiri!