Kementerian ESDM dan KPI Perkuat Ketahanan Energi dan Hilirisasi

Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi (tengah), Satya Hangga Yudha Widya Putra melakukan kunjungan kerja ke Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Foto: dok istimewa.

Kementerian ESDM dan KPI Perkuat Ketahanan Energi dan Hilirisasi

Ade Hapsari Lestarini • 29 July 2025 19:35

Jakarta: Kementerian ESDM dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mempererat sinergi dalam menjaga ketahanan energi nasional dan hilirisasi.

Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi Satya Hangga Yudha Widya Putra melakukan kunjungan ke unit kilang di Indonesia yang merupakan bagian dari rangkaian inspeksi ke berbagai unit kilang Pertamina untuk mengevaluasi efisiensi operasional dan mengidentifikasi tantangan.

General Manager RU VI Balongan, Yulianto Triwibowo, menyambut kedatangan Tenaga Ahli Menteri ESDM dan tim. Dia mengapresiasi kunjungan tersebut dan menjelaskan RU VI Balongan, sebagai unit kilang yang relatif muda milik PT KPI, memiliki posisi strategis dekat dengan Jakarta.

"Kondisi RU VI Balongan saat ini aman terkendali dan beroperasi secara normal," tegas Yulianto, dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Juli 2025.

Dia juga menyoroti sinergi yang baik dengan masyarakat sekitar dan menegaskan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Pertamina tidak kalah bersaing dengan Aramco maupun Petronas, menunjukkan profesionalisme tinggi yang dimiliki.

Satya Hangga Yudha menjelaskan, kunjungan ke RU VI Balongan ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke beberapa Refinery Unit (RU) Pertamina (sebelumnya RU II Dumai, RU III Plaju, RU V Balikpapan, dan selanjutnya RU IV Cilacap serta RU VII Kasim). Tujuan utamanya adalah melihat efisiensi kinerja dan tantangan yang dihadapi setiap RU dalam menghadapi defisit minyak bumi di Indonesia.

Satya memaparkan, konsumsi minyak bumi telah mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi hanya sekitar 600 ribu barel per hari, menyebabkan defisit impor sebesar satu juta barel per hari.

"Peran setiap RU dalam mengolah minyak bumi menjadi BBM dan LPG domestik sangat krusial," ujar Satya Hangga Yudha.
 

Baca juga: Kilang Pertamina Manfaatkan Teknologi Bioflok Dukung Swasembada Pangan
 

Mengidentifikasi beberapa masalah spesifik


Utusan ESDM tersebut juga mengidentifikasi beberapa masalah spesifik yang ditemukan dari kunjungan ke tiga RU sebelumnya, seperti pendangkalan di Sungai Musi, harga Fatty Acid Methyl Ester (FAME), kandungan air tinggi dalam minyak mentah dari pipa, serta keterbatasan teknologi kilang yang belum mampu memproduksi BBM standar Euro 5.

Manager RBO, Astri Agustiana Sari, memaparkan profil RU VI Balongan yang berlokasi di Jawa Barat dengan kapasitas 150 MBSD (Million Barrels per Stream Day) dan indeks kompleksitas tertinggi di antara kilang Pertamina lainnya, yaitu 11,9.



Komposisi minyak mentah yang diolah pada 2024 adalah 65 persen domestik dan 35 persen impor. RU VI juga memiliki unit Hydro Treating atau Kilang Langit Biru Balongan (KLBB) yang mengoptimalkan naphtha untuk menghasilkan produk oktan tinggi. Produk jadi utama meliputi Mogas (Pertalite, Pertamax, Turbo), Distilat (Avtur, Solar), dan produk non-BBM seperti Propylene dan decant oil.

Astri Agustiana Sari menjelaskan mayoritas produk (sekitar 82-85 persen) didistribusikan melalui pipa ke Cikampek (DKI Jakarta) dan Jawa Barat, sehingga kendala pada pipa Cikampek-Jakarta sangat mengganggu operasional kilang.
 
Baca juga: Bahlil Serahkan Belasan Proyek Hilirisasi Senilai Rp618 Triliun ke Danantara
 

Tantangan utama RU VI Balongan


Senior Manager Operation & Manufacturing, Eko Nurcahyono, menyoroti tantangan utama RU VI Balongan terkait ketidaksesuaian harga produk (Product Pricing Disparity). Harga produk Mogas tidak terlalu menguntungkan karena selisih harganya yang tipis dengan harga crude.

Selain itu, harga jual LPG dan decant oil sangat rendah. "Ini menyebabkan kinerja finansial kilang belum optimal," kata Eko Nurcahyono.

Ia juga memohon dukungan agar dapat memperoleh harga gas alam yang lebih menguntungkan untuk kebutuhan bahan bakar eksternal kilang.

Astri menambahkan, pricing produk menjadi sangat penting karena akan menentukan profitability. Terkait kebijakan Euro 4 dan Euro 5, RU VI telah siap memproduksi BBM rendah sulfur dan butuh dukungan regulasi.

Di sisi lain, Satya juga mengemukakan keprihatinan umum, ada sebagian minyak dari dalam negeri yang diproses di luar negeri kemudian dijual kembali ke Indonesia, meskipun ia memahami terkait RU VI, decant oil diekspor dan tujuan akhirnya tidak diketahui oleh pihak kilang.

Yulianto mempertegas KPI berada pada posisi penerima harga minyak mentah. Yulianto memohon dukungan atas peningkatan teknologi yang dilakukan untuk memenuhi standar Euro 4/5, demi menjaga pasar dan keberlanjutan operasional kilang.

Kunjungan ini diakhiri dengan diskusi komprehensif, dengan seluruh masukan dan tantangan terkait harga feedgas, feedoil, dan isu lainnya telah dijadikan evaluasi lebih lanjut oleh Tenaga Ahli Menteri ESDM.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Ade Hapsari Lestarini)