Putri Purnama Sari • 13 October 2025 19:08
Jakarta: Kabar menyedihkan datang dari Sungai Mahakam. Populasi pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) diperkirakan tersisa 62 ekor di alam liar. Angka ini berdasarkan hasil pemantauan terbaru dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dan Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia).
Pesut Mahakam merupakan mamalia air tawar endemik Indonesia yang hanya hidup di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Hewan ini memiliki bentuk menyerupai lumba-lumba dengan kepala bulat tanpa moncong dan warna abu-abu muda. Karena keberadaannya yang unik dan terbatas, pesut Mahakam menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Kalimantan.
Sayangnya, populasi pesut Mahakam terus menurun setiap tahun. Berdasarkan data konservasi dunia, International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah menetapkan pesut Mahakam sebagai satwa Critically Endangered (Kritis Terancam Punah).
Penyebab Menurunnya Populasi Pesut Mahakam
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan populasi pesut Mahakam menurun drastis, di antaranya:
1. Kerusakan habitat
Aktivitas tambang, perkebunan kelapa sawit, dan pembangunan infrastruktur di sekitar Sungai Mahakam mengganggu habitat alami pesut.
2. Tertangkap jaring nelayan
Banyak pesut yang tidak sengaja terjebak dalam jaring nelayan saat mencari ikan, yang sering kali berujung pada kematian.
3. Lalu lintas kapal dan speedboat
Kebisingan serta gelombang dari kapal besar membuat pesut sulit berkomunikasi dan menavigasi perairan. Bahkan, tabrakan dengan kapal sering menjadi penyebab kematian.
4. Pencemaran air sungai
Limbah industri dan rumah tangga yang mengalir ke sungai menurunkan kualitas air dan mengurangi ketersediaan ikan sebagai sumber makanan pesut.
Upaya Pelestarian Pesut Mahakam
Berbagai pihak terus berupaya melindungi pesut Mahakam dari
kepunahan. BKSDA Kaltim bersama Yayasan RASI aktif melakukan pemantauan populasi, edukasi masyarakat, dan patroli sungai untuk mencegah aktivitas yang merusak habitat.
Selain itu, masyarakat sekitar juga didorong untuk menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari sungai.
Kepala DKP Kaltim, Irhan Hukmaidy, menegaskan pentingnya pengawasan dan penegakan hukum sebagai bagian dari upaya ekonomi biru: menjaga sumber daya perairan tanpa mengorbankan keseimbangan ekosistem.
“Pesut Mahakam bukan sekadar ikon Kaltim, tapi simbol keseimbangan antara ekonomi, ekologi, dan sosial.Kalau kita kehilangan pesut, artinya kita gagal menjaga masa depan Sungai Mahakam,” kata Irhan Hukmaidy, yang dikutip Senin, 13 Oktober 2025.
Meski jumlahnya kini tersisa 62 ekor, harapan untuk menyelamatkan pesut Mahakam belum hilang. Dukungan dari pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar satwa khas Kalimantan Timur ini tetap bisa hidup di habitat aslinya.
Melestarikan pesut Mahakam bukan hanya menjaga keberagaman hayati Indonesia, tetapi juga mempertahankan warisan alam yang tak ternilai untuk generasi mendatang.