Kemacetan parah di Tanjung Priok. Foto: Metro TV/Yurike
Insi Nantika Jelita • 20 April 2025 11:30
Jakarta: Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi menuturkan para importir mengalami kerugian akibat kemacetan parah yang terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Kamis, 17 April 2025. Para importir harus menanggung biaya tambahan penumpukan barang di kontainer.
Subandi menjelaskan larangan mobilitas angkutan barang yang berlaku pada 24 Maret hingga 8 April 2025 menyebabkan bongkar muat di pelabuhan menumpuk dan mengakibatkan pengiriman barang ke gudang-gudang pun terhambat. Sementara banyak gudang importir berada di wilayah-wilayah yang terdampak aturan tersebut.
Selain itu, kemacetan pasca libur Lebaran turut memperparah situasi. Banyak kendaraan pengangkut tidak dapat memasuki terminal peti kemas pada hari kejadian dan baru bisa masuk keesokan harinya.
"Akibatnya, importir harus menanggung biaya tambahan penumpukan sekitar Rp500 ribu per kontainer. Ini jumlah yang besar," ujar Subandi kepada Media Indonesia, dikutip Minggu, 20 April 2025.
Dia membeberkan biaya pengeluaran kontainer selama masa libur Lebaran mengalami lonjakan signifikan, di antaranya biaya transportasi naik hingga 1,5 kali lipat ditambah biaya kawalan mobil.
Kerugian importir tersebut belum termasuk dampak lanjutan, seperti keterlambatan pasokan bahan baku ke pabrik, yang mengganggu proses produksi. Lalu, tidak terpenuhinya komitmen pengiriman tepat waktu yang bisa merusak reputasi bisnis.
Baca juga:
Pembatasan Operasional Logistik Jadi Pemicu Macet Horor Tanjung Priok |
.jpg)