Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich. (Anadolu Agency) 
                                                
                    
                        Tel Aviv: Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menimbulkan kontroversi usai menyatakan bahwa pembebasan sandera yang ditahan kelompok pejuang Palestina Hamas bukanlah “tujuan terpenting” dalam operasi militer di Gaza.
Dalam wawancara radio pada Senin kemarin, mengutip dari The Straits Times, Senin, 21 April 2025, politikus sayap kanan ini menegaskan, “Kami berjanji bahwa Gaza tidak akan lagi menjadi ancaman bagi Israel setelah perang ini berakhir.” Pernyataan ini memicu perdebatan sengit mengenai strategi penanganan krisis sandera.
Smotrich, yang dikenal mendukung perluasan permukiman Yahudi, mengatakan kemenangan militer dan penghancuran infrastruktur Hamas menjadi fokus utama pemerintah.
Pernyataannya datang di tengah upaya Israel menghancurkan komando serta jaringan terowongan Hamas, sementara Hamas menawarkan gencatan senjata permanen sebagai imbalan pembebasan sandera.
Dua sasaran yang saling bersaing
Perang Israel–Hamas bergulir sejak Oktober 2023. Dalam perang ini, dua sasaran pokok Israel adalah menghancurkan Hamas dan membebaskan lebih dari 250 orang yang disandera.
Namun setelah 18 bulan perang dengan korban tewas melebihi 50.000 warga Gaza, menurut data otoritas Palestina, kedua sasaran 
Israel tersebut masih jauh dari tercapai. Hamas kerap mengajukan proposal gencatan senjata sebagai syarat pembebasan sandera, namun negosiasi selalu menemui jalan buntu.
Beberapa pakar menilai bahwa tanpa tekanan kuat untuk menegosiasikan pertukaran sandera, krisis kemanusiaan di Gaza akan semakin parah. Mereka menekankan pentingnya keseimbangan antara aksi militer dan upaya diplomatik untuk menyelamatkan sandera.
Reaksi domestik dan tekanan internasional
Keluarga para sandera Israel mengecam keras pernyataan Smotrich, menuduh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu “secara sadar mengorbankan nyawa sandera.” Mereka menyatakan bahwa sekitar 24 sandera masih hidup dan lebih dari 30 jenazah warga Israel belum dipulangkan, sehingga mereka pun menuntut tindakan segera dari pemerintah Israel.
Sementara itu, Netanyahu tetap bersikukuh bahwa konflik tidak akan usai sebelum Hamas benar-benar dikalahkan. Dalam pidatonya pada 19 April, ia menuduh pihak yang mendesak perdamaian sebagai “mengulangi propaganda Hamas”. Perbedaan pandangan di dalam kabinet koalisi Israel mencerminkan ketegangan antara aspirasi militer dan tuntutan moral serta diplomatik negara itu. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:  
141.000 Warga Israel Tandatangani Petisi Tuntut Sandera Dikembalikan dan Perang Gaza Diakhiri