Ilustrasi. Foto: dok MI.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah berhari-hari bertekuk lutut.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 13 Maret 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.428 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 24 poin atau setara 0,15 persen dari posisi Rp16.452 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 24 poin, sebelumnya sempat menguat 40 poin di level Rp16.428 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.452," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.420 per USD. Rupiah naik 19 poin atau setara 0,12 persen dari Rp16.439 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.428 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 25 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.453 per USD.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Ketidakpastian ekonomi global hingga defisit APBN
Ibrahim mengungkapkan, data CPI terbaca lebih dingin dari yang diharapkan untuk Februari. Namun, pembacaan yang lebih rendah terutama didorong oleh penurunan beberapa item yang mudah berubah, dengan hasil yang masih menunjukkan bahwa inflasi tetap kuat. Pembacaan CPI juga tidak mencerminkan dampak tarif Trump terhadap inflasi.
Namun, analis memperingatkan meskipun pergerakan pasar optimis, kekhawatiran mendasar seperti ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi global tetap ada, yang menunjukkan volatilitas pasar dapat terus berlanjut dalam waktu dekat.
Sementara di sisi lain, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Februari 2025 mencatatkan defisit Rp31,2 triliun. Defisit APBN setara dengan 0,13 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit itu melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Januari 2025, yaitu Rp23,5 triliun atau 0,10 persen terhadap PDB.
Secara keseluruhan, pemerintah mendesain defisit
APBN 2025 setahun penuh senilai Rp616,2 triliun atau 2,53 persen terhadap PDB. Sedangkan pendapatan negara sepanjang Januari-Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun atau setara 10,5 persen dari target penerimaan. Penerimaan itu turun 20,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp400,4 triliun.
Sementara itu, realisasi belanja negara pada Januari-Februari 2025 tercatat senilai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari alokasi pemerintah. Realisasi belanja tercatat turun 6,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp374,3 triliun.
Seiring realisasi tersebut, keseimbangan primer APBN Februari 2025 tercatat surplus Rp48,1 triliun. Sebagai perbandingan, keseimbangan primer pada Februari 2024 adalah Rp95 triliun. sehingga, defisit 0,13 persen itu masih di dalam target desain APBN sebesar 2,53 persen dari PDB.
Melihat berbagai perkembangan tersebut Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.420 per USD hingga Rp16.460 per USD," jelas Ibrahim.