Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.
Husen Miftahudin • 7 September 2023 10:24
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 7 September 2023, rupiah hingga pukul 09.26 WIB berada di level Rp15.327 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 32,5 poin atau setara 0,21 persen dari Rp15.295 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.324 per USD, turun 34 poin atau setara 0,22 persen dari Rp15.290 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan di sepanjang hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan ditutup melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.270 per USD hingga Rp15.360 per USD," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis hariannya.
Baca juga: Dolar Flat saat Data Ekonomi AS Kuat
Waspadai gejolak global
Lebih lanjut, Ibrahim mengungkapkan saat ini Indonesia perlu mewaspadai gejolak global, walaupun perekonomian RI tetap tumbuh di atas lima persen pada tujuh kuartal berturut-turut.
"Tahun depan pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa mencapai 5,2 persen, dengan tetap mengawasi beberapa isu jangka menengah dan jangka panjang," terang dia.
Ia menjelaskan, maksud dari isu jangka menengah dan jangka panjang adalah fragmentasi global, perubahan iklim, dan digitalisasi.
Selain itu tetap berjaga-jaga jika ada pandemi di masa mendatang yang kemungkinan akan muncul kembali dan akan menjadi prahara baru, baik di Indonesia maupun dunia.
Kemudian,
perekonomian global yang tumbuh di angka 6,3 persen pada 2021 hingga mengalami perlambatan ke 3,5 persen dibarengi dengan tingkat inflasi yang menurun.
Namun pernah sangat tinggi di 2022 dimana hampir seluruh bank sentral menaikkan suku bunga untuk menanggulangi inflasi dan diperkirakan akan tumbuh tiga persen pada 2023 dan 2024.
"Sehingga ada beberapa tantangan jangka pendek, Indonesia harus tetap mengawasi terkait dampaknya ke perekonomian Indonesia serta memitigasi dampak yang ditimbulkan dari suku bunga yang tinggi di dunia dalam waktu yang lama terhadap perekonomian Indonesia," papar Ibrahim.