Kerusakan akibat serangan Israel di Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Gaza: Sedikitnya 63 warga Palestina di Jalur Gaza tewas hanya beberapa jam setelah militer Israel mengumumkan "jeda kemanusiaan" harian di sebagian wilayah Jalur Gaza untuk memfasilitasi pengiriman bantuan, menurut pejabat kesehatan setempat, Senin, 28 Juli 2025.
Militer Israel sebelumnya mengumumkan akan menghentikan operasi militer setiap hari dari pukul 10 pagi hingga 8 malam di beberapa bagian Gaza tengah dan utara, termasuk al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Gaza City. Selain itu, jalur bantuan dijanjikan akan dibuka sejak pukul 6 pagi hingga 11 malam.
Namun, hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, serangan udara kembali terjadi. Salah satu serangan dilaporkan menghantam sebuah toko roti yang berada di zona yang telah ditetapkan sebagai “zona aman," menurut laporan Al Jazeera dan dikutip The Independent, Senin, 28 Juli 2025.
Bayi Gizi Buruk Terus Bertambah
Krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Enam kematian tambahan akibat kelaparan dilaporkan dalam 24 jam terakhir, termasuk dua anak-anak. Jumlah korban jiwa akibat kelaparan kini mencapai 133 orang, dengan 87 di antaranya adalah anak-anak.
Salah satu korban terbaru adalah Zainab Abu Haleeb, bayi berusia lima bulan yang meninggal karena malnutrisi di Rumah Sakit Nasser. “Tiga bulan kami berada di rumah sakit dan pada akhirnya dia meninggal,” ungkap sang ibu, Israa Abu Haleeb.
Badan Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa satu dari tiga warga Gaza telah melewati hari-hari tanpa makanan, dan sekitar 500 ribu orang mengalami kondisi kelaparan akut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui di Gaza mengalami kekurangan gizi berat.
Israel membantah adanya
kelaparan di Gaza dan mengklaim sedang meningkatkan akses bantuan. Namun, organisasi kemanusiaan menegaskan bahwa situasi di lapangan sangat parah, dan pasokan yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan 2,2 juta penduduk.
Kepala UNRWA Philippe Lazzarini menyatakan bahwa warga Palestina kini mulai menyerupai “mayat berjalan”. Ia menyebut anak-anak dalam kondisi “sangat kurus, lemah, dan berisiko tinggi meninggal dunia tanpa intervensi segera”.
“Warga tidak lagi mampu bertahan. Mereka hancur secara fisik dan mental. Eksistensi mereka kini terancam,” ujar Lazzarini.
Bantuan Diblokir
Israel masih membatasi ketat masuknya bantuan ke Gaza. Sejak Maret lalu, seluruh perlintasan darat ditutup total selama lebih dari 11 minggu, yang menyebabkan hanya sedikit truk bantuan yang diizinkan masuk.
Pada Minggu, 7 Juli 2025, militer Israel mencegat kapal bantuan Handala yang dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition. Kapal itu membawa 21 aktivis dan jurnalis internasional serta bantuan kemanusiaan seperti susu bayi, makanan, dan obat-obatan.
Koalisi menyatakan bahwa kapal mereka dicegat secara "brutal" oleh angkatan laut Israel di perairan internasional, sekitar 40 mil laut dari pesisir Gaza. Seluruh kamera dan alat komunikasi diputus, dan seluruh kargo disita.
“Seluruh muatan adalah bantuan sipil yang non-militer, ditujukan langsung untuk populasi yang menghadapi kelaparan dan kehancuran medis akibat blokade ilegal Israel,” bunyi pernyataan mereka.
Ini merupakan kali kedua dalam beberapa bulan terakhir Israel mencegat kapal bantuan yang mencoba menembus blokade Gaza.
Sementara itu, Yordania dan Uni Emirat Arab dilaporkan telah menjatuhkan bantuan dari udara pada hari yang sama. Namun, Philippe Lazzarini menilai metode ini tidak efektif.
“Penjatuhan bantuan dari udara itu mahal, tidak efisien, dan bahkan bisa membunuh warga yang kelaparan. Ini adalah pengalihan isu,” tulisnya dalam pernyataan di platform X.
“Kelaparan buatan hanya bisa dihentikan oleh kemauan politik. Buka blokade, buka perlintasan, dan pastikan bantuan dapat masuk secara aman dan bermartabat.”
Perang Israel di Gaza telah menewaskan hampir 60.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 144.000 orang sejak dimulai pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Wilayah Gaza kini hancur, dan mayoritas penduduknya kehilangan tempat tinggal serta terancam kelaparan.
Israel melancarkan perang setelah sekitar 1.200 warga Israel tewas dan 251 lainnya disandera dalam serangan lintas batas oleh Hamas. Meski mendapat tekanan internasional, Israel masih menolak gencatan senjata. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Jerman Desak Israel Buka Akses Bantuan ke Gaza yang Dilanda Krisis Parah