Ilustrasi rupiah. MI/Usman Iskandar.
Eko Nordiansyah • 1 October 2025 09:12
Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan pagi ini terpantau kembali menguat. Gerak rupiah naik saat dolar AS tertekan rencana penutupan pemerintahan AS.
Mengacu data Bloomberg, Rabu, 1 Oktober 2025, rupiah menguat 15 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp16.665 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.680 per USD.
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah berada di Rp16.687 per USD. Rupiah melemah dibandingkan pada penutupan perdagangan hari sebelumnya di posisi Rp16.667 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan melemah pada perdagangan hari ini. Mata uang rupiah diprediksi bakal bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.660 hingga Rp16.710.
Di factor eksternal, penutupan pemerintah cenderung mengganggu aktivitas ekonomi di negara ini, yang dapat menimbulkan risiko bagi pertumbuhan. Penutupan pemerintah minggu ini juga dapat menunda rilis data penggajian nonpertanian yang diawasi ketat untuk bulan September, yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.
Gedung Putih juga terlihat memperingatkan bahwa ribuan pekerjaan pemerintah dapat dihapus jika terjadi penutupan, sebuah skenario yang menandakan pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia akan mengenakan tarif 10 persen untuk kayu dan papan kayu impor serta bea masuk 25 persen untuk lemari dapur, meja rias kamar mandi, dan furnitur berlapis kain impor, melanjutkan serangan tarifnya terhadap mitra dagang global.
Sementara di dalam negeri, Asian Development Bank alias ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan terbaru, dari 5,0 persen (proyeksi April) menjadi 4,9 persen (proyeksi September) pada 2025.
ADB menjelaskan perkembangan ketidakpastian perdagangan global tingginya tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Tak hanya pada tahun ini, ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,0 persen pada 2026 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1 persen.
Selain itu, Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus, melalui intervensi NDF.