Presiden AS Donald Trump saat bersama PM Israel Benjamin Netanyahu. (EPA-EFE)
Muhammad Reyhansyah • 29 September 2025 15:15
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Senin, 29 September 2025, untuk membahas rencana perdamaian Gaza yang disebut-sebut sudah mendekati kesepakatan final.
Trump menegaskan bahwa kesepakatan untuk mengakhiri perang hampir dua tahun di Gaza, membebaskan sandera Hamas, serta melucuti kelompok tersebut “pada dasarnya sudah selesai” setelah pertemuannya dengan para pemimpin Arab pekan lalu.
Dalam unggahan di Truth Social pada Minggu, Trump menulis, “SEMUA PIHAK SIAP UNTUK SESUATU YANG ISTIMEWA, PERTAMA KALI TERJADI. KITA AKAN SELESAIKAN!!!”
Namun Netanyahu dalam beberapa hari terakhir menunjukkan sikap keras. Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, ia bersumpah akan “menyelesaikan pekerjaan” melawan Hamas dan menolak gagasan pembentukan negara Palestina yang baru-baru ini diakui sejumlah negara Barat.
Netanyahu juga enggan menghentikan operasi militer di Kota Gaza, yang dalam beberapa pekan terakhir memaksa ratusan ribu warga meninggalkan rumah mereka.
Menurut Hurriyet Daily News, pertemuan Senin ini menjadi kunjungan keempat Netanyahu ke Gedung Putih sejak Trump kembali berkuasa Januari lalu.
Meski dikenal sebagai sekutu dekat, Trump belakangan menunjukkan tanda-tanda frustrasi terhadap Netanyahu, termasuk memperingatkannya agar tidak mencaplok Tepi Barat dan menentang serangan Israel terhadap anggota Hamas di Qatar, salah satu sekutu utama AS.
Rencana Perdamaian 21 Poin
Rencana perdamaian yang digagas AS dilaporkan memuat 21 poin, di antaranya gencatan senjata, pelucutan senjata Hamas, dan pembebasan seluruh sandera. Sejumlah media menyebut nama mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagai kandidat pemimpin Gaza International Transitional Authority, badan sementara yang akan dibentuk dengan dukungan PBB dan negara-negara Teluk sebelum menyerahkan kendali kepada Otoritas Palestina (PA) yang direformasi.
Namun Netanyahu menolak keras kemungkinan PA kembali memerintah Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas sejak 2007. Dalam wawancara dengan Fox News, ia menyatakan skeptis terhadap peluang reformasi PA.
“Saya rasa kredibilitas atau kemungkinan sebuah Otoritas Palestina yang benar-benar berubah total, yang menerima negara Yahudi, yang mengajarkan anak-anaknya untuk hidup berdampingan… yah, semoga beruntung,” ujar Netanyahu.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas melancarkan serangan yang menewaskan 1.219 orang, mayoritas warga sipil, menjadikannya hari paling mematikan dalam sejarah Israel.
Sebagai balasan, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 65.549 warga Palestina, juga mayoritas sipil, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas dan dinilai kredibel oleh PBB.
Natan Sachs, peneliti senior di Middle East Institute, menilai hasil pertemuan di Gedung Putih akan sangat bergantung pada seberapa besar tekanan Trump terhadap Netanyahu.
“Netanyahu lebih memilih melanjutkan perang dan mengalahkan Hamas, tapi bukan hal yang mustahil Trump bisa meyakinkannya. Itu hanya membutuhkan tekanan besar dan strategi yang jelas,” ujarnya kepada media AFP.
Baca juga:
Trump Optimistis Rencana Perdamaian Gaza Akan Disetujui Israel