Dari Legenda Cerita Rakyat Hingga Warisan Dunia, Perjalanan Panjang Candi Prambanan

Nyepi, Candi Prambanan Dijaga Polisi Berkuda dan Bregodo

Dari Legenda Cerita Rakyat Hingga Warisan Dunia, Perjalanan Panjang Candi Prambanan

Whisnu Mardiansyah • 2 October 2025 14:26

Candi Prambanan, atau yang dikenal dengan nama Loro Jonggrang, berdiri megah sebagai kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Terletak di perbatasan Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah, candi ini dibangun sebagai persembahan kepada Trim?rti - tiga dewa utama dalam ajaran Hindu: Siwa, Wisnu, dan Brahma. Menara utamanya yang menjulang setinggi 47 meter menjadi simbol keagungan arsitektur Hindu yang tak tertandingi di Nusantara.

Misteri Pembangunan Prambanan

Berdasarkan kajian arkeologi, Prambanan diperkirakan mulai dibangun pada pertengahan abad ke-9 Masehi. Sejarawan menghubungkan dengan masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, penguasa Mataram Kuno. Prasasti Shivagrha yang ditemukan di sekitar candi menyebutkan pemujaan kepada Dewa Siwa, menguatkan dugaan bahwa kompleks ini merupakan pusat ritual Shaivisme yang penting.

Pembangunan Prambanan menandai kebangkitan patronase Hindu setelah sebelumnya dominasi kerajaan di Jawa Tengah lebih condong pada tradisi Buddha. Candi Borobudur yang berdiri lebih dahulu menjadi saksi bisu pergeseran politik keagamaan ini. Rakai Pikatan menggunakan arsitektur megah ini untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya di mata rakyat.

Kompleks Prambanan memiliki tiga candi utama yang didedikasikan untuk Siwa, Wisnu, dan Brahma. Setiap candi utama dikelilingi oleh candi pendamping yang lebih kecil, menciptakan harmoni arsitektur yang memukau. Awalnya, lebih dari 200 candi perwara mengisi kawasan ini, meski kini banyak yang hanya tersisa fondasinya. Dinding-dinding candi dihiasi relief naratif yang menggambarkan kisah Ramayana dengan detail mengagumkan. Setiap panel relief bercerita tentang petualangan Rama dan Sita. Relief ini tidak hanya menjadi media cerita, tetapi juga bukti kemahiran seni pahat masyarakat Jawa kuno. Relief Ramayana di Prambanan diakui sebagai salah satu karya seni naratif terbaik di Asia Tenggara. Alur cerita mengalir sepanjang dinding candi, mengisahkan perjalanan Rama menyelamatkan Sita dari cengkeraman Rahwana. Selain kisah Ramayana, terdapat pula panel-panel yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa abad ke-9. Penggambaran flora, fauna, dan simbol kosmologi Hindu turut menghiasi dinding candi. Keberagaman tema ini menjadikan Prambanan tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga ensiklopedia visual kehidupan masa lalu. Setiap ukiran menyimpan makna filosofis yang dalam tentang kehidupan manusia.

Senjakala Prambanan

Kejayaan Prambanan tidak berlangsung lama. Memasuki akhir abad ke-10, pusat pemerintahan kerajaan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur. Perpindahan ini disertai berbagai faktor politik dan bencana alam, termasuk letusan besar Gunung Merapi sekitar tahun 1006. Struktur candi perlahan runtuh dan tertimbun abu vulkanik. Vegetasi tumbuh subur menutupi reruntuhan, menyembunyikan keagungan Prambanan dari pandangan. Selama berabad-abad, candi ini hanya hidup dalam cerita rakyat dan legenda turun-temurun.

Masyarakat sekitar melestarikan kisah Rara Jonggrang, putri cantik yang dikutuk menjadi arca karena tipu dayanya. Legenda ini menjadi narasi rakyat yang menjelaskan keberadaan candi dan arca-arca yang ada di dalamnya. Meski secara fisik candi tertutup reruntuhan, cerita ini menjaga ingatan kolektif tentang Prambanan tetap hidup.

Legenda tersebut mengisahkan Bandung Bondowoso yang jatuh cinta pada Rara Jonggrang. Karena tidak mau dinikahi, sang putri memberikan syarat mustahil: membangun seribu candi dalam semalam. Dengan bantuan makhluk halus, Bandung hampir berhasil sebelum Rara Jonggrang menipunya dengan mempercepat datangnya fajar.

Penemuan di Era Modern

Dokumentasi pertama tentang Prambanan tercatat pada tahun 1733 melalui laporan CA Lons, pejabat VOC. Namun perhatian serius baru muncul pada awal abad ke-19 ketika Thomas Stamford Raffles, Gubernur Inggris di Jawa, memerintahkan survei dan pembersihan lokasi. Insinyur H C Cornelius melakukan pembersihan semak belukar yang menutupi reruntuhan. Hasil kerja Cornelius dan Colin Mackenzie memperlihatkan kondisi Prambanan yang sudah runtuh parah. Publikasi laporan Raffles dalam The History of Java tahun 1817 memperkenalkan Prambanan kepada dunia internasional.

Upaya pemugaran resmi dimulai tahun 1918 di bawah Pemerintahan Hindia Belanda. Proyek besar dilaksanakan pada 1930-an dengan menerapkan metode anastilosis, teknik menyusun kembali batu-batu asli yang masih utuh. Metode ini menjadi terobosan dalam konservasi candi di Nusantara.

Pemugaran difokuskan pada Candi Siwa sebagai bangunan utama kompleks. Meski hasilnya belum sempurna, proyek ini berhasil mengembalikan sebagian wajah asli candi. Sayangnya, pekerjaan terpaksa dihentikan akibat depresi ekonomi global dan meletusnya Perang Dunia II.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melanjutkan proses pemugaran secara besar-besaran. Periode 1950-an hingga 1980-an menjadi masa penting rekonstruksi Prambanan. Candi-candi utama berhasil dibangun kembali mendekati bentuk aslinya, menunjukkan kemampuan putra bangsa dalam melestarikan warisan budaya.

Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan Candi Prambanan sebagai Situs Warisan Dunia. Pengakuan ini tidak hanya memberikan legitimasi internasional, tetapi juga membuka akses terhadap dukungan teknis dan pendanaan untuk konservasi berkelanjutan.

Pada 27 Mei 2006 menjadi hari ujian bagi kelestarian Prambanan. Gempa besar berkekuatan 6,3 SR mengguncang Yogyakarta dan Klaten, merusak banyak struktur candi. Bagian puncak runtuh, relief-retak, dan ratusan batu berserakan di tanah.

Situs terpaksa ditutup untuk umum selama beberapa waktu demi keselamatan pengunjung dan proses rehabilitasi. Dukungan internasional mengalir melalui UNESCO dan berbagai lembaga mitra. Teknologi modern seperti pemindaian digital dan analisis seismik digunakan dalam proses rekonstruksi.

Hingga kini, konservasi Prambanan menjadi pekerjaan berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak. Balai Pelestarian Cagar Budaya Borobudur-Prambanan-Ratu Boko bersama UNESCO menerapkan sistem zonasi ketat dan pembatasan jumlah pengunjung. Monitoring berkala dilakukan untuk mendeteksi kerusakan sedini mungkin.

Teknologi pemindaian 3D dan dokumentasi digital membantu proses konservasi tanpa harus menyentuh material asli candi. Pendekatan ini memastikan kelestarian Prambanan untuk generasi mendatang sekaligus memudahkan penelitian lebih lanjut.

Prambanan tidak hanya menjadi situs mati yang diam membisu. Festival Ramayana Ballet yang digelar rutin di panggung terbuka Prambanan menghidupkan kembali kisah-kisah relief dalam bentuk pertunjukan seni. Setiap malam, tari-tarian dan drama kolosal memukau penonton dengan backdrop candi yang megah.

Pertunjukan ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga bukti bahwa warisan budaya bisa tetap relevan dengan kehidupan modern. Seniman lokal mendapatkan ruang berekspresi sambil melestarikan cerita-cerita klasik yang diwariskan leluhur.

Prambanan terus menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dari masa kejayaan Hindu, melalui zaman kelam penelantaran, hingga kebangkitannya kembali di era modern. Setiap batu, setiap relief, menyimpan cerita tentang peradaban manusia yang pantas dilestarikan.

Sebagai warisan dunia, Prambanan mengajarkan pentingnya menjaga warisan budaya untuk generasi mendatang. Candi ini tidak hanya milik Indonesia, tetapi menjadi bagian dari khazanah peradaban manusia yang harus dilindungi bersama. Keagungan Prambanan akan terus menginspirasi, mengajar, dan memukau siapapun yang menyaksikannya.

*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)