Kaleidoskop Daerah 2024: Gibran Mundur dari Jabatan Wali Kota Solo Hingga Viral Kasus Kekerasan Anak di Boyolali

Ilustrasi. Foto: Medcom

Kaleidoskop Daerah 2024: Gibran Mundur dari Jabatan Wali Kota Solo Hingga Viral Kasus Kekerasan Anak di Boyolali

Triawati Prihatsari • 31 December 2024 18:44

Solo: Beberapa kejadian menarik terjadi di kawasan Soloraya sepanjang tahun 2024. Beberapa peristiwa menarik perhatian di enam kabupaten dan satu kota tersebut terjadi di berbagai bidang mulai dari politik hingga sosial.

Salah satunya yang menjadi fokus perhatian masyarakat yakni saat Gibran Rakabuming Raka mundur dari jabatannya sebagai Wali Kota Solo pada Juli 2024. Putra sulung Presiden ke 7 RI Joko Widodo tersebut resmi mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai Wali Kota Solo, 16 Juli 2024 setelah dinyatakan sebagai Calon Wakil Presiden rerpilih 2024.

"Tentunya saya sudah berpamitan ke pak PJ Gubernur, sudah izin pak presiden terpilih, saya juga sudah menghadap pak Mendagri. Intinya semuanya sudah dijalankan sesuai prosedur," ujar Gibran di Solo, Selasa, 16 Juli 2024.

Diketahui, Rapat Paripurna pengunduran diri Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang digelar di Gedung DPRD Solo, Rabu, 17 Juli 2024 sempat diwarnai interupsi. Interupsi dilontarkan Anggota DPRD Solo dari Fraksi PDI Perjuangan Suharsono. 

Rapat diawali dengan pembacaan surat pengunduran diri oleh Gibran. "Bersama ini saya mengajukan pengunduran diri sebagai Wali Kota Surakarta masa jabatan 2021-2024 dengan ditetapkannya wakil presiden terpilih dalam Pemilu 2024. Demikian untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya," ucap Gibran membacakan surat pengunduran dirinya. 

Anggota DPRD Fraksi PDIP Suharsono menyampaikan interupsi terkait draft yang disampaikan Ketua DPRD Solo terkait pengunduran diri Gibran.

"DPRD Solo tidak memiliki kapasitas untuk menyetujui atau tidak menyetujui. DPRD memiliki kewajiban melaksanakan usulan Wakil Wali Kota menggantikan posisi Wali Kota. Sehingga salam draft harus diubah bahwa DPRD tidak menyetujui. Tapi mengusulkan pada Kenendagri melalui Gubernur. Hal itu agar DPRD tidak over kewenangan," ujarnya.

Selain perjalanan politik Gibran menuju Wakil Presiden RI yang menyedot perhatian masyarakat, sejumlah peristiwa kekerasan pada anak juga terjadi di Soloraya. Khususnya Sukoharjo dan Boyolali, di mana kekerasan pada anak di Kabupaten Sukoharjo bahkan membuat korban meninggal dunia. 

Korban yakni remaja Abdul Karim Putra Wibowo, 13, meninggal dunia setelah diduga dirundung kakak kelasnya di Pondok Pesantren Tahfidz Az-Zayidiyy Sanggrahan Sukoharjo.

Ditemui di rumah duka, Pucangsawit RT 1/14, Jebres, Solo, ayah korban, Tri Wibowo mengatakan, pihaknya tengah menunggu hasil autopsi jenazah anaknya dari pihao kepolisian. 

“Saya belum mendapat kepastian dari kepolisian. Saya menunggu hasil autopsi. Tapi kalau berdasarkan informasi yang saya dapatkan anak saya ini mohon maaf bisa dibilang korban kekerasan salah satu santri kakak tingkat,” ujarnya, di Solo, Selasa, 17 September 2024.

Menurutnya, anaknya diduga dipukul kakak tingkatnya karena masalah sepele. Korban diduga dimintai rokok oleh pelaku namun ditolak korban. 

“Sebab dan musababnya remeh, minta rokok. Dengan senioritasnya berbuat kekerasan ke anak saya. Sampai mengakibatkan anak saya meninggal. Ada pemukulan,” imbuhnya.

Jenazah korban dimakamkan di TPU Purwoloyo, Selasa (17/9/2024). Tri menambahkan, ia dan sang istri bertemu terakhir dengan putranya sekitar seminggu lalu. 

Peristiwa kekerasan pada anak lainnya juga terjadi di Kabupaten Boyolali. Salah satunya remaja di Boyolali tewas usai dikeroyok anggota salah satu perguruan silat. AHD, 16, warga Ngemplak, Boyolali, tewas pada 30 Juli 2024 setelah dikeroyok empat pelaku karena mengunggah status di aplikasi percakapan menggunakan back sound lagu perguruan silat para tersangka. 

Kekerasan pada anak di Boyolali juga menimpa bocah 12 tahun, dimana kasus tersebut sempat viral di media sosial. Korban berinisial KM, remaja umur 12 tahun warga Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali menjado korban aksi main hakim  tetangganya sendiri setelah dituduh mencuri celana dalam.

Korban mengalami luka di seluruh tubuh hingga salah satu kuku jari kakinya ditang. Aksi main hakim sendiri tersebut terjadi pada 18 November 2024 lalu. Berdasarkan informasi, belasan orang menjadi pelaku pengeroyokan, termasuk Ketua RT setempat dengan cara menendang dan memukul korban. 

Nasib nahas juga dialami seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darusy Syahadah Simo, Boyolali, dengan inisial SS. Santri kelas 1 Kulliyatul Mu'allimin Tahfizhul Qur'an (KMT), asal Sumbawa tersebut dibakar keluarga temannya. 

Akibat kejadian itu, korban mengalami luka bakar pada kedua kakinya. Berdasarkan informasi di lapangan, peristiwa pembakaran yang dilakukan keluarga teman korban terjadi pada Senin, 16 Desember 2024. 

Peristiwa terjadi di ruang tamu pondok pesantren setempat. Korban dibakar menggunakan bensin yang disiramkan dan mengenai kaki korban.

"Kemarin malam itu ada tamu yang merupakan kakak salah satu santri. Tamu tersebut kemudian menuduh korban yang mencuri telepon genggam milik adiknya," ujar Pimpinan Ponpes Darusy Sahadah, Qosdi Ridwanullah, Selasa, 17 Desember 2024.

Namun korban tidak mengakui perbuatan tersebut. Terduga pelaku terus menginterogasi korban dan mengancamnya dengan tindakan kekerasan. 

Tak lama berselang pelaku langsug menyiramkan bensin ke bagian tubuh korban. Pelaku nekat membakar korban mengakibatkan luka bakar serius pada bagian paha ke bawah.

"Pelaku menginterogasi korban di salah satu ruang dengan mengunci pintu," imbuh Qosdi.

Kanit Reskrim Polsek Simo, Aiptu Dwi Yulianto membenarkan peristiwa tersebut. Pihaknya telah mengamankan terduga pelaku.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Lukman Diah Sari)