Per Juli 2024, IHSG Terkoreksi 0,23%

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Per Juli 2024, IHSG Terkoreksi 0,23%

Insi Nantika Jelita • 6 August 2024 10:47

Jakarta: Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyampaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari Januari hingga 31 Juli 2024 mengalami pelemahan sebesar 0,23 persen secara year to date (ytd). Kendati demikian, secara month to date (mtd), IHSG pada Juli 2024 menguat 2,72 persen.
 
"Di pasar saham, IHSG menguat 2,72 persen month to date pada 31 Juli 2024 ke level 7.255,76 atau secara year to date terkoreksi 0,23 persen," ungkap Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Juli 2024, dikutip Selasa, 6 Agustus 2024.
 
Untuk nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp12.338 triliun atau naik sebesar 1,83 persen mtd dan secara ytd melonjak 5,76 persen. Investor asing (non-resident) mencatatkan net buy atau pembelian bersih saham di pasar domestik sebesar Rp6,68 triliun mtd dan secara ytd masih menyisakan net sell sebesar Rp1,05 triliun.
 
Di pasar obligasi atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 1,09 persen mtd atau naik 2,66 persen ytd ke level 384,57, dengan pasar obligasi korporasi investor nonresiden mencatatkan net sell sebesar Rp580 miliar mtd dan Rp2,22 triliun secara ytd.
 
"Sementara pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan net buy sebesar Rp4,9 triliun mtd dan secara ytd membukukan net sell sebesar Rp29,05 triliun," kata Inarno.
 

Baca juga: IHSG Diprediksi Kembali Terkoreksi Hari Ini
 

Diseret perlambatan ekonomi global

 
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengungkap beberapa faktor yang memengaruhi pelemahan IHSG antara lain soal sentimen perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan penurunan industri manufaktur global yang turut memengaruhi kondisi dalam negeri.
 
Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia Juli 2024 tercatat sebesar 49,3, anjlok dibandingkan Juni 2024 yang berada pada angka 50,7.
 
Nafan menjelaskan turunnya permintaan pasar global menjadi biang kerok lesunya penjualan barang dari Indonesia. Sejumlah produsen utama mengurangi aktivitas pembelian mereka.
 
"Kita lihat rata-rata PMI global itu menurun. Di Indonesia itu terjadi kontraksi ya di bawah 50, padahal sebelumnya terjadi ekspansi. Hal ini karena ada penurunan order dan lemahnya output sepanjang tahun ini," terangnya.
 
Dia menambahkan melemahnya IHSG ditengarai oleh perkembangan ekonomi global yang tidak menentu seperti penurunan inflasi Amerika Serikat dan angka pengangguran di Negeri Paman Sam yang meningkat. Kemudian, memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah.
 
"Ini menandakan bahwasannya terjadinya sentimen perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang memengaruhi kondisi ekonomi kita," beber dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)