Petugas pemadam berada di lokasi serangan Rusia di Odesa, Ukraina, 17 November 2024. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 18 November 2024 13:13
Rio De Janeiro: Serangan udara Rusia terhadap Ukraina pada 17 November 2024 mengguncang konsensus rapuh di antara negara-negara anggota G20 yang sedang menyusun pernyataan bersama untuk KTT tahunan di Rio de Janeiro. Hal ini disampaikan oleh tiga diplomat yang terlibat dalam pembicaraan kepada Reuters.
Para diplomat Eropa kini mendesak agar bahasa yang telah disepakati sebelumnya terkait konflik global, termasuk perang di Ukraina, direvisi kembali. Desakan ini muncul setelah Rusia melancarkan serangan udara terbesar terhadap Ukraina dalam hampir tiga bulan terakhir.
Sebagai tanggapan, Amerika Serikat mencabut pembatasan sebelumnya yang melarang Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia.
Eskalasi konflik ini berpotensi merusak konsensus yang telah sulit dicapai oleh para negosiator G-20 pada dini hari 17 November, setelah enam hari negosiasi intensif. Konsensus awal tersebut memuat bahasa yang disederhanakan mengenai konflik global, dengan menekankan pentingnya negosiasi damai ketimbang menyalahkan pihak tertentu.
Namun, beberapa sumber menyebut bahwa konsensus tersebut kini mungkin akan dipertimbangkan ulang, terutama setelah serangan udara Rusia dan potensi eskalasi lebih lanjut.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, dalam konferensi pers di Rio, menegaskan kembali dukungannya terhadap upaya perdamaian yang adil di Ukraina.
"Posisi kami sangat jelas dalam menghindari eskalasi permanen dalam perang di Ukraina," kata Guterres, dilansir dari The Straits Times, Senin 18 November 2024.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam konferensi pers di Buenos Aires sebelum bertolak ke Brasil, menyatakan fokusnya pada dukungan terhadap Ukraina.
"Dengan situasi yang terjadi hari ini, prioritas kami adalah memperlengkapi Ukraina agar dapat bertahan. Ini adalah kunci bagi hari-hari dan pekan-pekan mendatang," kata Macron.
Hal senada disampaikan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam wawancaranya dengan Globo TV dari Rio.
"Kami akan mendukung Ukraina selama diperlukan," ujarnya.
Sebelum serangan udara pada 17 November, salah satu tantangan terbesar dalam pembicaraan di Rio adalah bahasa terkait pembiayaan untuk mitigasi pemanasan global. Perbedaan pandangan dalam pembicaraan iklim PBB di Azerbaijan turut memengaruhi diskusi di KTT G-20 Brasil ini.
Negara-negara kaya, terutama di Eropa, mendesak agar lebih banyak negara, seperti Tiongkok dan produsen minyak utama di Timur Tengah, berkontribusi secara wajib terhadap target pembiayaan iklim. Namun, Brasil dan negara-negara berkembang lainnya menolak tekanan tersebut.
Dua diplomat mengungkapkan bahwa pada dini hari 17 November, para negosiator akhirnya sepakat pada teks yang menyebut kontribusi sukarela dari negara-negara berkembang untuk pembiayaan iklim, tanpa menjadikannya kewajiban. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Rusia: AS Izinkan Ukraina Gunakan Rudal ATACMS Tingkatkan Risiko Perang Global