Defisit Anggaran AS Naik 23% di Tengah Kenaikan Suku Bunga

Ilustrasi. Foto: Freepik

Defisit Anggaran AS Naik 23% di Tengah Kenaikan Suku Bunga

Annisa ayu artanti • 21 October 2023 14:53

Washington: Pemerintah federal AS mencatat defisit anggaran hampir sebesar USD1,7 triliun pada September 2023. Berdasarkan Departemen Keuangan mengatakan, angka itu naik 23,2 persen dari tahun fiskal sebelumnya.
 
Menurut Laporan Keuangan Bulanan Akhir Departemen Keuangan, defisit besar itu terjadi karena pendapatan turun USD457 miliar dari tahun lalu menjadi USD4,4 triliun, sementara pengeluaran turun hanya USD137 miliar menjadi USD6,1 triliun,
 
Kekurangan anggaran terbaru ini telah menambah jumlah utang AS yang sudah membengkak, yang sekarang mencapai USD33,6 triliun.
 
Peter G. Peterson Foundation, sebuah organisasi non-partisan yang didedikasikan untuk mengatasi tantangan fiskal jangka panjang AS, mencatat defisit AS terutama disebabkan oleh generasi baby-boom yang menua, meningkatnya biaya perawatan kesehatan, dan sistem pajak yang tidak menghasilkan cukup uang untuk membayar apa yang telah dijanjikan pemerintah kepada warganya, serta imbas covid-19.
 
"Bagaimana kita sampai di sini adalah cerita panjang tentang bab-bab yang berulang tentang ketidakbertanggungjawaban fiskal di kedua sisi lorong. Para pemimpin di Washington telah membuat keputusan yang tidak bijaksana selama beberapa dekade, berkali-kali memilih pemotongan pajak baru atau program pengeluaran favorit di atas masa depan kita bersama," ujar CEO Peter G. Peterson Foundation Michael A. Peterson dilansir Xinhua, Sabtu, 21 Oktober 2023.
 
Baca juga: Ketua The Fed: Inflasi AS Masih Terlalu Tinggi

Pengeluaran terbesar AS 

Empat pengeluaran terbesar pada tahun fiskal 2023 adalah jaminan sosial, kesehatan, medicare, dan pertahanan nasional.
 
Semantara untuk bunga bersih mencapai USD659 miliar, berada di peringkat keenam dalam pengeluaran dan menyumbang 10,7 persen dari total pengeluaran, yang mengindikasikan meningkatnya biaya untuk membiayai utang di tengah tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
 
Sejak Maret tahun lalu, bank sentral telah dengan cepat menaikkan suku bunga dari mendekati nol ke kisaran 5,25-5,5 persen, dalam upaya untuk melawan inflasi.
 
"Meningkatnya biaya bunga menimbulkan bahaya yang semakin besar dan semakin sulit untuk diabaikan," jelas Committee for a Responsible Federal Budget, sebuah lembaga nirlaba pemerhati anggaran.
 
Untuk mengurangi biaya-biaya itu, para anggota parlemen harus memberlakukan reformasi fiskal yang bijaksana dan bertanggung jawab yang membatasi pinjaman tambahan, mengurangi tekanan inflasi, menekan suku bunga, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
 
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Annisa Ayu)