Jelang Libur Idulfitri, Pergerakan Bursa Bakal Berat

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Jelang Libur Idulfitri, Pergerakan Bursa Bakal Berat

Fetry Wuryasti • 2 April 2024 21:01

Jakarta: Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menjelaskan, saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang menguji support MA50. Apabila tidak mampu bertahan, maka IHSG berpotensi untuk terus turun ke 7.180-7.200.
 
Dia memproyeksikan market pada pekan 1-5 April 2024 sebelum libur panjang Idulfitri akan berat untuk melesat naik. Dia mengimbau para pelaku pasar memerhatikan inflasi inti tahunan Indonesia, persiapan libur panjang Hari Raya Idulfitri dan Non-Farm Payroll AS periode Maret.
 
"Terkait sentimen persiapan libur panjang Hari Raya Idulfitri, fenomena tahunan ini akan berdampak pada pengeluaran masyarakat dan transaksi harian di bursa," kata Dimas, Selasa, 2 April 2024.
 
Pengeluaran masyarakat akan meningkat pada masa ini dan berpotensi memberikan katalis positif untuk emiten consumer untuk kuartal II-2024, sedangkan transaksi di bursa akan berlaku sebaliknya.
 
"Umumnya orang akan melakukan penarikan dana dari RDN-nya menjelang libur Lebaran, ditambah dengan persiapan mudik yang membuat transaksi harian bursa menurun pada masa ini," kata Dimas.
 
Terkait sentimen Non-Farm Payroll AS periode Maret, pada Jumat akhir pekan ini akan rilis data ketenagakerjaan yang menggambarkan kondisi ekonomi di AS dan tingkat inflasi di sana.
 
Berdasarkan konsensusnya, NFP untuk Maret atau penambahan tenaga kerja diprediksi akan mendapat tambahan tenaga kerja sebesar 200 ribu. Pada bulan sebelumnya, NFP tercatat tambahan tenaga kerja sebesar 275 ribu, yang jauh berada di atas konsensus yang hanya sebesar 200 ribu. Hal ini menandakan kuatnya kondisi tenaga kerja di AS saat ini.
 
"Bagai pisau bermata dua, ketika data tenaga kerja menunjukkan hal yang positif dengan banyaknya tambahan tenaga kerja berimbas terhadap berputarnya roda ekonomi. Namun di sisi lain, jika hal ini tidak dapat dikendalikan dengan baik, bisa membuat tingkat inflasi semakin menjauh dari target yang ditetapkan oleh The Fed di 2024 yakni dua persen," kata Dimas.
 

Baca juga: IHSG Sukses Menguat Jelang Penutupan, Naik 0,44%
 

Sektor top loser

 
Di sisi lain, IHSG tampaknya tersandera oleh dua sektor top loser IDX Transport dan IDX Industrial. Sektor IDX transport melemah 8,7 persen selama seminggu yang disebabkan oleh pelemahan pada emiten dengan market kapitalisasi terbesar di sektor ini yakni, Garuda Indonesia (GIAA) yang turun sebesar 27 persen dalam seminggu.
 
"Penurunan terjadi setelah kebijakan baru FCA yang ditetapkan oleh bursa yang mulai berlaku sejak 25 Maret lalu. GIAA merupakan salah satu dari sekian banyak saham yang termasuk di dalam Papan Pemantauan Khusus," kata Dimas.
 
Sementara itu, IDX Industrial menurun sebesar 2,4 persen dalam sepekan terakhir yang disebabkan oleh penurunan pada saham ASII sebesar empat persen sepanjang minggu lalu.
 
"Melemahnya saham Astra Internasional (ASII) terjadi setelah berita penurunan volume penjualan kendaraan untuk periode Januari dan Februari 2024. Mengutip data penjualan mobil PT Astra International Tbk, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional terkoreksi 22,6 persen year on year (YoY)," kata Dimas.
 
Selanjutnya terkait sentimen pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kata Dimas, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp15.800 sepanjang minggu lalu yang merupakan level terendah sejak Oktober 2023 silam.
 
"Pelemahan rupiah terjadi salah satunya disebabkan oleh musim pembagian dividen perusahaan yang ada di Tanah Air. Ini membuat permintaan yang tinggi dari dalam negeri terhadap mata uang dolar. Pelemahan nilai tukar rupiah ini membuat volatilitas yang cukup tinggi di pasar keuangan dalam negeri," beber Dimas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)