Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 4 December 2025 09:12
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Mata uang Garuda cuma menguat sedikit saat dolar AS mengalami tekanan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 4 Desember 2025, rupiah berada di level Rp16.626 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat satu poin atau setara 0,01 persen dari Rp16.627 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.627 per USD. Mata uang Garuda terpantau masih stagnan dari penutupan perdagangan kemarin.

(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah. Rupiah diprediksi akan bergerak di rentang Rp16.620 sampai dengan Rp16.640 per dolar AS.
Ibrahim menyampaikan, pergerakan rupiah akan dipengaruhi kebijakan Federal Reserve (Fed) di AS. berdasarkan perangkat CME FedWatch bahwa pelaku pasar kini memprediksi peluang pemangkasan suku bunga The Fed mencapai sekitar 90 persen pada pertemuan 9–10 Desember.
"Di saat yang sama, sinyal melemah dari data ekonomi AS telah memperkuat spekulasi tentang pemangkasan suku bunga," ujarnya.
Ia menjelaskan investor juga tengah menantikan rilis Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP sektor swasta untuk November, serta data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan September yang tertunda, dan kedua indikator tersebut menjadi perhatian utama The Fed.
"Pasar juga berspekulasi tentang pergantian kepemimpinan di The Fed. Laporan menunjukkan bahwa Kevin Hassett, penasihat ekonomi Gedung Putih yang dikenal karena dukungannya terhadap suku bunga yang lebih rendah, adalah kandidat terdepan untuk menggantikan Ketua saat ini, Jerome Powell," ucapnya.
Sementara dari dalam negeri, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan hingga 50 basis poin.
OECD mencatat bahwa siklus penurunan suku bunga yang berlangsung sejak Agustus 2024 telah menurunkan BI rate dari 6,25 persen menjadi 4,75 persen. Namun, Ibrahim menyampaikan penurunan tersebut belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit perbankan maupun imbal hasil obligasi korporasi, yang baru turun tipis dari posisi awal siklus pelonggaran.