Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 29 November 2025 09:35
Beirut: Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem mengecam keras pembunuhan komandan senior Haitham Ali al-Tabatabai oleh Israel. Ia menyebut serangan tersebut sebagai “kejahatan yang disengaja” dan menegaskan bahwa kelompoknya berhak melakukan pembalasan pada waktu yang mereka tentukan sendiri.
Pernyataan itu menjadi respons publik pertama Qassem sejak Israel mengumumkan pada Minggu bahwa mereka telah menewaskan Tabatabai, yang disebut sebagai kepala staf Hizbullah, dalam serangan udara yang menyasar pinggiran selatan Beirut.
Serangan tersebut dilaporkan menewaskan lima orang dan melukai 25 lainnya. Hizbullah juga telah mengonfirmasi kematian Tabtabai dalam serangan itu.
Berbicara dalam sebuah acara peringatan untuk komandan yang tewas, Qassem menyebut serangan tersebut sebagai “agresi terang-terangan” dan menegaskan bahwa Hezbollah akan menentukan sendiri waktu dan bentuk responsnya.
Dikutip dari TRT World, Sabtu, 29 November 2025, Qassem juga menyinggung situasi internal Lebanon dengan menuduh sekelompok kecil pihak sebagai “pelayan Israel” yang, menurutnya, berupaya mengacaukan negara dengan mengikuti perintah Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya, Qassem menegaskan Hezbollah siap membahas strategi pertahanan, namun “bukan di bawah tekanan, bukan untuk mengejar kesepakatan baru, dan bukan dengan mengorbankan kekuatan kami.”
Ia memperingatkan Israel agar tidak mendikte kebijakan Lebanon. “Kami tidak akan menerima bahwa musuh menentukan bagaimana kami hidup. Kami, rakyat kami, para sekutu kami, dan tentara kami tidak akan menerima untuk tunduk kepada Israel,” kata Qassem.
Menanggapi serangan Israel di wilayah Beit Jinn, Suriah, Qassem menyatakan bahwa peristiwa tersebut menunjukkan “rakyat Suriah tidak akan menerima untuk menyerah kepada Israel.”
Pernyataan Hizbullah ini muncul setelah gencatan senjata dicapai antara Tel Aviv dan Beirut pada 27 November 2024, menyusul lebih dari satu tahun serangan lintas batas yang berkaitan dengan perang di Gaza. Konflik tersebut dilaporkan menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai sedikitnya 17.000 lainnya.
Meski gencatan senjata telah berlaku, Israel hingga kini baru melakukan penarikan sebagian dari wilayah Lebanon selatan dan masih mempertahankan kehadiran militernya di lima pos perbatasan.
Baca juga: Siapa Haytham Ali Tabatabai? Pemimpin Militer Hizbullah yang Dibunuh Israel