Penurunan Suku Bunga Acuan Dorong Ekonomi Indonesia Tetap Solid

Ilustrasi penyaluran kredit perbankan - - Foto: dok MI

Penurunan Suku Bunga Acuan Dorong Ekonomi Indonesia Tetap Solid

Insi Nantika Jelita • 20 September 2024 14:41

Jakarta: Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpandangan momentum penurunan suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) Rate dapat mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid. BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,00 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024.

Josua menuturkan dengan pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan direspons dengan penurunan suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) yang selanjutnya akan berpengaruh pada penurunan suku bunga perbankan, termasuk suku bunga kredit.

"Penurunan suku bunga perbankan diperkirakan akan mendorong solidnya perekonomian melalui permintaan kredit yang akan meningkat," ujar Josua kepada Media Indonesia, dikutip Jumat, 20 September 2024.

Menurut Josua, kombinasi pelonggaran kebijakan moneter dengan kebijakan makroprudensial yang akomodatif berpotensi mendorong suplai kredit perbankan, sehingga mendukung fungsi intermediasi perbankan pada perekonomian riil.

Kendati demikian, Josua berpendapat penurunan suku bunga bukanlah solusi untuk semua permasalahan ekonomi termasuk penurunan daya beli kelas menengah.

Tren penurunan daya beli dikatakan terjadi karena kondisi struktural perekonomian, mulai dari melambatnya industri padat karya termasuk industri manufaktur, peningkatan tenaga kerja di sektor informal dan stagnansi pendapatan riil masyarakat.

"Justru, kebijakan fiskal yang memiliki peran besar dalam mengatasi penurunan daya beli masyarakat," tegas dia.

Kebijakan itu antara lain harus mendorong penyerapan tenaga kerja, reformasi struktural dalam perekonomian, reindustrialisasi yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan riil masyarakat. Ini pada akhirnya berdampak positif pada peningkatan daya beli masyarakat.
 

Baca juga: Bank Butuh Waktu 3 Bulan Pangkas Bunga Kredit
 

Dorong geliat sektor riil


Dihubungi terpisah, ekonom Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin menyambut baik keputusan Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan atau fed funds rate/FFR sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75 persen-5,0 persen. "Tentunya ini merupakan berita bagus bagi dunia, tidak terkecuali Indonesia," sebut dia.

Penurunan BI Rate sebesar 25 bps dianggap sudah tepat, dan merefleksikan kehati-hatian BI dengan tetap menjaga gap antara FFR dan BI Rate di level yang aman yakni 1,0 persen.

Senada dengan Josua, Wijayanto menyebut penurunan BI Rate akan menurunkan suku bunga perbankan, yang membuat sektor riil lebih menggeliat. Namuh seberapa besar dampaknya sedikit banyak tergantung kepada agresivitas BI dan pemerintah dalam menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN).

Sementara, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam menyebut penurunan suku bunga acuan belum cukup mendorong geliat ekonomi nasional. Adanya tren penurunan daya beli dan lemahnya pasar ekspor masih tengah membayangi ekonomi Indonesia ke depan.

"Kalau mau industri manufaktur kita kuat harus didorong permintaanya, tapi kan permintaan lagi melempem. Pangsa ekspor kita lagi melemah," ungkap dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 sebesar USD2,90 miliar. Akan tetapi, surplus neraca perdagangan tersebut dibarengi dengan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur yang mengalami kontraksi pada periode yang sama.

Lembaga pemeringkat S&P Global baru saja merilis aktivitas manufaktur Indonesia yang mengalami kontraksi ke 48,9 pada Agustus 2024. Sebelumnya, PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi pada Juli 2024 di angka 49,3.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)