Senator AS Lindsey Graham. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 28 May 2025 17:04
Washington: Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham, sekutu dekat Presiden Donald Trump, mengirim sinyal tegas kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa kemarin, menyatakan bahwa taktik lama Moskow tidak akan lagi berhasil menghadapi kebijakan luar negeri Washington di bawah kepemimpinan Trump.
“Ini hanya strategi lama dari Rusia: eskalasi untuk kemudian negosiasi, berlarut-larut sambil berharap dunia bosan. Tapi sekarang ada pemimpin baru. Taktik lama tak akan berhasil,” tulis Graham dalam unggahan di platform X, seperti dikutip Anadolu Agency, Rabu, 28 Mei 2025.
Pernyataan itu menyusul kritik pedas dari Trump terhadap Putin pada akhir pekan lalu, ketika sang presiden menyebut pemimpin Rusia itu “benar-benar gila” dan memperingatkan bahwa ambisi menguasai seluruh Ukraina akan berujung pada “kehancuran Rusia.”
Graham bersama Senator Richard Blumenthal juga menggagas RUU bernama Sanctioning Russia Act of 2025 pada 1 April lalu. Jika disahkan, undang-undang ini akan menetapkan tarif sebesar 500 persen atas barang impor dari negara mana pun yang membeli minyak, gas, uranium, atau produk lain dari Rusia.
Sebelumnya, Graham menyatakan bahwa Senat AS siap mengambil langkah keras jika Moskow terus mempermainkan proses diplomatik.
“Untuk mengakhiri perang, harus ada mitra yang bersedia. Sampai saat ini, Putin belum menunjukkan kesediaan itu,” ujar Graham dalam unggahan terpisah.
Sementara itu, Kremlin menanggapi pernyataan Trump dengan menyebutnya sebagai bentuk “kelebihan emosional.” Juru bicara pemerintah Rusia juga menyebut bahwa dimulainya kembali pembicaraan antara Rusia dan Ukraina merupakan “pencapaian penting,” seraya mengakui bahwa AS telah melakukan “upaya besar” dalam proses tersebut.
Namun, intensifikasi retorika dari lingkaran Trump, baik dari sang presiden sendiri maupun para sekutunya di Kongres, menunjukkan bahwa sikap AS terhadap Rusia semakin mengeras, terutama jika Putin tetap menolak solusi damai atas perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun di Ukraina itu. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Trump: Jika Bukan Karena Saya, Banyak Hal Buruk Dapat Menimpa Rusia