Rupiah Melempem Pagi Ini

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Rupiah Melempem Pagi Ini

Husen Miftahudin • 14 July 2025 09:51

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, di tengah ancaman tarif impor barang yang dipatok Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 14 Juli 2025, rupiah hingga pukul 09.36 WIB berada di level Rp16.240 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 22 poin atau setara 0,14 persen dari Rp16.218 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.216 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
 
"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.210 per USD hingga Rp16.250 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: Uni Eropa dan Meksiko Kena Tarif Trump 30%
 

Ancaman tarif Trump

 
Ibrahim mengungkapkan, para investor kini mencermati serangkaian pengumuman tarif perdagangan dari Trump dan bersiap untuk tindakan lebih lanjut. Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif 35 persen untuk impor dari Kanada mulai 1 Agustus, mengancam tarif akan naik jika Kanada membalas.
 
Trump mulai mengirimkan surat tarif kepada mitra dagang utama pada Senin dan telah mengumumkan bea masuk 25 persen untuk barang-barang dari Korea Selatan dan Jepang, di antara negara-negara lainnya. Ia telah mengumumkan tarif 50 persen untuk impor tembaga, efektif 1 Agustus.
 
Langkah-langkah terbaru Trump juga menampilkan ancaman tarif 10 persen yang menargetkan negara-negara yang berpihak pada blok BRICS. Meskipun ancaman tarif baru-baru ini tidak berdampak besar pada pergerakan pasar yang lebih luas, para pedagang tetap berhati-hati tentang tindakan perdagangan di masa mendatang.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Khawatir banjir impor

 
Menurut Ibrahim, pelaku pasar khawatir akan banjir impor produk elektronik dari negara-negara yang terkena tarif Trump seperti Tiongkok, Vietnam, Thailand ke pasar Indonesia. Negara-negara produsen dan kompetitor Indonesia itu akan mencari pasar besar yang mudah diakses setelah Trump menerapkan tarif tinggi per 1 Agustus 2025.
 
"Oleh karena itu, pemerintah harus siap untuk membuat agar produk dari luar membanjiri pasar dalam negeri," ucap dia mengingatkan.
 
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) barang elektronik dan produk alat rumah tangga elektrik masuk dalam HS 85 yang banyak menyasar pasar AS. Pada Januari-Mei 2025, ekspor produk dari HS tersebut mencapai USD2,22 miliar atau berkontribusi 18,34 persen terhadap total ekspor Indonesia ke AS.
 
Sedangkan, khusus untuk produk alat listrik rumah tangga, ekspor ke AS masih terbilang minim dibandingkan produk lainnya dalam kelompok HS tersebut. Untuk menghadapi masifnya pengalihan pasar dari berbagai negara, Indonesia harus bersiap dengan memperkuat Non Tariff Measure (NTM).  
 
Beberapa di antaranya, pengusaha elektronik mendorong akselerasi revisi Permendag 21/2025 yg merupakan pemecahan Permendag 8/2024 menjadi per-sektor.
 
"Mereka juga mendesak pemerintah untuk menghapus sistem post border dan memperketat kontrol border, menerapkan pelabuhan entry point di Indonesia Timur, serta memastikan pemerintah pusat dan daerah membeli produk-produk TKDN," tutur Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)