Suriah Tegaskan Punya Hak Membela Diri dari Serangan Israel

Demonstrasi di Aleppo, Suriah mengecam serangan Israel. (SANA)

Suriah Tegaskan Punya Hak Membela Diri dari Serangan Israel

Riza Aslam Khaeron • 16 July 2025 09:59

Damaskus: Pemerintah Suriah secara resmi mengecam serangan udara Israel yang menargetkan pasukan pemerintah di Provinsi Sweida, wilayah selatan Suriah, pada Selasa, 15 Juli 2025. Serangan ini terjadi di tengah konflik sektarian yang memanas antara milisi Druze dan suku Bedawi, yang telah menewaskan lebih dari 200 orang dalam tiga hari terakhir.

Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Suriah yang dikutip oleh Media Israel, Damaskus menyebut serangan Israel sebagai "agresi pengkhianatan yang dilakukan melalui serangan drone dan serangan udara militer terkoordinasi."

Pernyataan itu menegaskan bahwa serangan tersebut menewaskan "sejumlah anggota angkatan bersenjata dan keamanan kami" serta "beberapa warga sipil tak bersalah."

"Republik Arab Suriah memegang Israel bertanggung jawab penuh atas agresi ini dan konsekuensinya," bunyi pernyataan tersebut. Pemerintah Suriah juga menekankan haknya untuk "membela tanah dan rakyatnya dengan segala cara yang diizinkan hukum internasional."
 

Latar Belakang Konflik di Sweida

Menurut laporan Media Israel, ketegangan di Sweida mulai memanas pada Minggu, 13 Juli 2025, ketika bentrokan antara milisi Druze dan kelompok Bedawi pecah.

Syrian Observatory for Human Rights melaporkan setidaknya 203 orang tewas dalam konflik ini, termasuk 92 anggota komunitas Druze (21 di antaranya warga sipil yang dieksekusi oleh pasukan pemerintah), 93 personel keamanan, dan 18 anggota suku Bedawi.

Pasukan pemerintah Suriah memasuki Sweida pada Selasa pagi dengan dalih mengembalikan ketertiban. Namun, warga Druze melaporkan tindakan kekerasan oleh pasukan pemerintah.

"Mereka masuk dengan janji perdamaian, tapi yang terjadi justru eksekusi, penjarahan, dan pembakaran," kata Rayan Maarouf, editor Suwayda 24, seperti dikutip Media Israel.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan pasukan keamanan Suriah mencukur paksa kumis seorang pria Druze tua—tindakan yang dianggap sebagai penghinaan berat dalam budaya Druze.
 
Baca Juga:
Israel Serang Militer Suriah di Saat Pemerintah Umumkan Gencatan Senjata Druze-Bedawi
 

Unjuk Rasa di Israel dan Ancaman untuk al-Sharaa

Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap pasukan Suriah yang bergerak menuju Sweida pada Selasa dini hari. Menurut pernyataan resmi IDF, sasaran serangan termasuk "kendaraan lapis baja, tank, dan peluncur roket" yang dianggap mengancam stabilitas wilayah perbatasan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membenarkan serangan itu sebagai upaya "melindungi komunitas Druze di Suriah, yang memiliki ikatan persaudaraan dengan warga Druze Israel." Namun, seorang pejabat AS mengatakan kepada Axios bahwa Israel setuju menghentikan serangan pada Selasa malam setelah permintaan dari Washington.

Kekerasan di Sweida memicu kemarahan komunitas Druze di Israel. Ratusan warga Druze Israel melakukan protes di utara negara itu, membakar ban dan memblokir jalan utama. Puluhan lainnya bahkan mencoba melintasi perbatasan Suriah dekat Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan, sebelum ditahan oleh pasukan Israel.

"Kami tidak bisa diam melihat saudara-saudara kami dibantai," kata salah seorang pengunjuk rasa, seperti dilaporkan Media Israel.

Menteri Urusan Diaspora Israel Amichai Chikli dari partai Likud secara terbuka menyerukan pembunuhan Presiden Sementara Suriah Ahmed al-Sharaa.

"Dia teroris dan pembunuh biadab yang harus disingkirkan tanpa penundaan," tulis Chikli di akun X-nya.

Namun, laporan Media Israel menyebutkan bahwa Israel sebenarnya telah mengirim pesan diplomatik ke Damaskus melalui perantara AS dan Prancis sebelum serangan.

"Jika rezim Suriah menyakiti Druze, kami akan turun tangan," kata Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar dalam percakapan dengan rekannya dari Prancis.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)