Usai Bertemu Putin, Utusan AS Usulkan Wilayah Ukraina Diserahkan ke Rusia

Utusan khusus AS, Steve Wikoff bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Gavriil Grigorov/Russian Presidential Press and Information Office/TASS)

Usai Bertemu Putin, Utusan AS Usulkan Wilayah Ukraina Diserahkan ke Rusia

Riza Aslam Khaeron • 12 April 2025 11:15

Washington DC: Utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, mengusulkan agar Rusia diberikan "kepemilikan" atas empat wilayah pendudukan di Ukraina sebagai cara tercepat untuk mencapai gencatan senjata.

Usulan ini disampaikan Witkoff kepada Trump usai pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin di St. Petersburg, menurut laporan The Kyiv Independent pada Jumat, 11 April 2025.

Pertemuan Witkoff dengan Putin merupakan yang ketiga sejak dimulainya kembali pembicaraan antara Moskow dan Washington. Kremlin menyebut pembicaraan tersebut berlangsung produktif dan membahas "aspek penyelesaian konflik Ukraina."

"Memberi Moskow kendali resmi atas wilayah pendudukan seperti Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson akan mempercepat tercapainya gencatan senjata," ujar sumber yang mengetahui isi pertemuan, dikutip The Kyiv Independent pada Jumat, 11 April 2025.

Witkoff sebelumnya juga menyatakan dalam wawancara dengan komentator sayap kanan AS Tucker Carlson bahwa referendum yang digelar Rusia di wilayah pendudukan menunjukkan keinginan rakyat setempat untuk bergabung dengan Rusia.

Pernyataan ini dikritik luas karena mengabaikan fakta bahwa referendum tersebut diadakan di bawah ancaman senjata, tidak diakui hukum internasional, dan hanya diakui oleh Rusia dan Korea Utara.

Usulan Witkoff menuai kecaman dari sejumlah anggota parlemen AS. Donatur Partai Republik, Eric Levine, bahkan mengirim surat pada 26 Maret 2025 yang mendesak Menteri Luar Negeri Marco Rubio menggantikan Witkoff. Levine menyebut Witkoff terlalu memuji Putin dan tidak mewakili kepentingan nasional Amerika.
 

Baca Juga:
Trump Ancam Beri Konsekuensi Berat Jika Iran Tolak Hentikan Program Nuklir

Menurut laporan The New York Times pada Jumat, 11 April 2025, Witkoff menjadi pejabat tinggi pertama dari AS yang kembali melakukan perjalanan ke Moskow sejak invasi besar-besaran Rusia pada 2022. Dalam pertemuan tersebut, ia juga berdiskusi dengan utusan ekonomi Kremlin, Kirill Dmitriev.

Di sisi lain, negara-negara Eropa berkumpul di Brussels pada hari yang sama untuk memperkuat dukungan militer terhadap Ukraina. Jerman dan Inggris mengumumkan bantuan senilai lebih dari 23 miliar dolar AS serta rencana penguatan pertahanan udara Kyiv.

"Rusia tidak menunjukkan minat untuk berdamai," ucap Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius.

Trump sebelumnya telah menyerukan gencatan senjata 30 hari yang diharapkan bisa membuka jalan menuju perundingan damai. Namun, Presiden Putin menolak dengan alasan bahwa beberapa sanksi terhadap Rusia harus dicabut terlebih dahulu.

Witkoff juga dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Iran di Oman pada Sabtu, 13 April 2025 untuk membahas isu pengayaan nuklir Iran. Sementara itu, perpecahan di internal tim kebijakan luar negeri Trump semakin mencuat, dengan utusan lainnya, Keith Kellogg, menolak ide menyerahkan wilayah Ukraina secara sepihak.

"Ukraina tidak akan pernah setuju untuk menyerahkan kepemilikan penuh atas wilayah tersebut," ujar Kellogg, dikutip The Kyiv Independent, Jumat, 11 April 2025.

The Kyiv Independent melaporkan bahwa strategi Witkoff menuai kekhawatiran tidak hanya dari internal AS, tetapi juga dari negara-negara sekutu yang menganggap usulan tersebut mengabaikan prinsip kedaulatan Ukraina dan hukum internasional.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)