Ilustrasi IHSG. MI/Susanto
Insi Nantika Jelita • 25 September 2025 10:51
Jakarta: Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor penutupan tertinggi dengan menguat 0,02 persen ke level 8.126,6 pada perdagangan kemarin, Kamis, 25 September 2025. Kenaikan ini terjadi di tengah tekanan terhadap rupiah.
"Rupiah terus melemah hingga menyentuh Rp16.676 per USD, level terendah sejak April lalu," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis, 25 September 2025.
Investor asing kembali mencatatkan arus keluar dana (net outflow) sebesar Rp524,6 miliar. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi salah satu yang paling banyak dilepas, dengan nilai jual asing mencapai Rp264 miliar sehingga harga sahamnya terkoreksi 1,3 persen ke level 7.775.
Rully mengatakan, meskipun IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi, penguatan tersebut dinilai masih bersifat spekulatif. "Ini karena tidak ditopang oleh fundamental yang kuat maupun kepercayaan investor yang solid," ucap dia.
Baca juga:
IHSG Berpotensi Naik Terbatas, Serok Cuan Tipis-tipis dari Saham Ini |
Tekanan pasar semakin terlihat dari kenaikan Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun yang naik ke level 81,83, mencerminkan meningkatnya persepsi risiko. Pada saat yang sama, Rupiah terus melemah hingga mencapai Rp16.676 per USD, level terendah sejak April lalu.
Situasi serupa juga terjadi di Filipina, di mana CDS tenor 5 tahun tembus level 60, tertinggi sejak pertengahan Agustus, diiringi dengan pelemahan Peso. Namun demikian, Rupiah mencatatkan depresiasi terdalam di kawasan dalam lima hari terakhir, yakni 1,5 persen, dibandingkan Peso 1,0 persen, Ringgit 0,5 persen, dan Baht 0,8 persen.
Lebih lanjut, Rully menjelaskan tekanan terhadap rupiah turut dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar atas kebijakan fiskal yang ditempuh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang dinilai terlalu agresif dan kurang berhati-hati. Sehingga, dianggap memperburuk sentimen investor terhadap pasar keuangan domestik.