Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan Dilirik Jadi Kontributor Utama Pasukan Stabilisasi Gaza

Presiden Prabowo Subianto bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dok Biro Pers Sekretariat Presiden

Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan Dilirik Jadi Kontributor Utama Pasukan Stabilisasi Gaza

Riza Aslam Khaeron • 16 October 2025 16:15

Washington DC: Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan dilaporkan tengah menjadi negara utama yang dipertimbangkan untuk mengirim pasukan ke Gaza sebagai bagian dari rencana pembentukan pasukan stabilisasi internasional.

Melansir Politico, informasi ini disampaikan oleh seorang pejabat pertahanan AS dan mantan pejabat tinggi AS yang berbicara secara anonim mengingat sensitifnya proses negosiasi yang sedang berlangsung.

Meski belum ada komitmen final dari ketiga negara, seorang pejabat pertahanan AS menyebut bahwa Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan adalah negara yang menunjukkan ketertarikan paling besar terhadap inisiatif ini.

Mereka disebut akan menjadi tulang punggung dari pasukan sementara yang bertugas mendukung pelatihan dan pengawasan kepolisian Palestina yang telah diseleksi, sesuai dengan rencana damai 20 butir yang digagas Presiden AS Donald Trump.

Trump sendiri menyatakan bahwa tidak akan ada tentara Amerika Serikat yang dikerahkan langsung ke wilayah Gaza. Sebagai gantinya, Washington akan berkoordinasi dengan mitra regional seperti Mesir dan Yordania.

Sementara itu, sebanyak 200 tentara AS telah ditempatkan di Israel untuk mendukung pusat koordinasi sipil-militer yang akan dibangun di wilayah utara Gaza, bersama dengan pasukan dari Mesir, Qatar, dan Uni Emirat Arab.

Mantan pejabat Pentagon dari era pemerintahan Biden, Dan Shapiro, menyebut bahwa jika kesepakatan soal pengiriman pasukan tercapai, proses pembentukan pasukan ini akan memakan waktu dua hingga tiga bulan sejak keputusan dibuat.
 

Baca Juga:
Trump Isyaratkan Israel dapat Lanjutkan Serangan di Gaza

Namun ia juga menekankan bahwa mengidentifikasi negara peserta sejak awal dapat membantu menunjukkan keseriusan dan momentum dari rencana ini.

Upaya membentuk pasukan stabilisasi ini muncul setelah Hamas menyetujui kesepakatan damai pada 8 Oktober lalu. Kelompok tersebut telah membebaskan 20 sandera terakhir namun baru mengembalikan tujuh dari total 28 jenazah korban yang tewas saat ditahan. Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan dengan menunda pengembalian jenazah lainnya.

Presiden Trump menegaskan bahwa tahap berikutnya adalah perlucutan senjata Hamas. 

“Saya berbicara dengan Hamas dan saya berkata, ‘Kalian akan melucuti senjata, kan?’ ‘Ya, Pak, kami akan melucuti senjata.’ Begitu kata mereka. Mereka akan melucuti senjata atau kami yang akan melucuti mereka. Paham?” ujar Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih.

Politico melaporkan bahwa beberapa aspek teknis dari transisi ke tahap stabilisasi masih belum rampung. Belum ada pengumuman resmi mengenai tim teknis atau badan koordinasi dari Departemen Luar Negeri AS atau lembaga lainnya.

Bahkan, karena Indonesia dan Azerbaijan berada di luar cakupan komando CENTCOM, koordinasi operasional dengan keduanya menjadi tantangan tersendiri.

Sejauh ini, Gedung Putih maupun perwakilan diplomatik dari Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan belum memberikan komentar resmi. Namun laporan keterlibatan ketiga negara tersebut menandai dinamika baru dalam inisiatif internasional untuk mengamankan dan menstabilkan Gaza pasca-gencatan senjata.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)