Suku Bunga BI Diyakini Tak Berubah

Bank Indonesia. Foto: MI/Usman Iskandar

Suku Bunga BI Diyakini Tak Berubah

Fetry Wuryasti • 21 February 2024 12:26

Jakarta: Mirae Asset Sekuritas meyakini Bank Indonesia (BI) masih akan tetap mempertahankan suku bunga kebijakan moneternya di level 6,00 persen.
 
"Hari ini, investor domestik masih akan menantikan keputusan suku bunga Bank Indonesia yang diperkirakan masih tetap 6,00 persen," kata Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy, Rabu, 21 Februari 2024.
 
Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menunjukkan sebanyak 58 persen pengusaha masih berniat untuk ekspansi bisnis tahun ini. Namun sebanyak 60-70 persen diantaranya masih menggunakan permodalan sendiri, tidak meminjam dari bank atau instrumen pembiayaan lainnya.
 
"Suku bunga yang tinggi dan proses transisi politik menjadi faktor penyebab utama," kata Robertus.
 
Adapun, pasar saham Amerika Serikat (AS) bergerak negatif setelah libur memperingati Hari Presiden. Saham-saham teknologi menjadi pemberat karena kekhawatiran mengenai valuasi yang dianggap sudah terlalu tinggi. Dow Jones turun 0,2 persen, S&P500 turun 0,6 persen, dan Nasdaq kehilangan 0,9 persen.
 
Investor global masih akan menantikan publikasi notulen rapat FOMC Januari pada Kamis pagi waktu setempat. Hal ini diperkirakan dapat memberi petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depannya.

Baca juga: BI Perlu Tahan Suku Bunga Tetap 6%
 

Industri telekomunikasi mulai positif

 
Untuk sektoral, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Jonghoon Won mengatakan industri telekomunikasi Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, permintaan data dari pengguna terus meningkat secara eksplosif.
 
"Akibatnya, pendapatan data untuk perusahaan telekomunikasi meningkat tajam, sehingga mendorong pendapatan secara keseluruhan," kata Jonghoon.
 
Industri telekomunikasi Indonesia diperkirakan akan melanjutkan tren positif pada 2024. Dengan perkiraan penggunaan data masyarakat yang terus meningkat dan fokus pada perluasan bisnis fixed broadband, pertumbuhan kinerja di seluruh sektor dapat diantisipasi.
 
"Kami telah memberikan rekomendasi Trading Buy untuk seluruh pemain utama termasuk TLKM, ISAT, dan EXCL dengan TP masing-masing Rp4.790, Rp11.150, Rp2.600 untuk mengantisipasi pertumbuhan berkelanjutan di sektor telekomunikasi secara keseluruhan," kata Jonghoon.
 
Terpisah, Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengatakan harga gas alam turun 3,4 persen ke level USD1,55 per mmbtu pada perdagangan Senin malam, menandai level terendah sejak Juni 2020.
 
Penurunan harga ini terjadi seiring produksi yang mendekati rekor, penyimpanan bahan bakar yang melimpah, dan suhu musim dingin yang lebih hangat.
 
Rata-rata produksi gas pada Februari 2024 sendiri meningkat 3,6 persen (MoM) ke level 105,8 miliar kaki kubik per hari (bcfd). Sementara itu, musim dingin yang lebih hangat menyebabkan penggunaan gas lebih rendah.
 
"Penurunan gas alam dapat memberikan sentimen negatif jangka pendek untuk emiten produsen migas seperti Medco Energi Internasional (MEDC) dan Energi Mega Persada (ENRG). Namun, penurunan harga gas alam tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja emiten migas Indonesia, terutama MEDC. Sebab, MEDC menggunakan harga minyak Brent sebagai acuan dalam menentukan harga jual indexed gas-nya," kata Hendriko.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)