Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pertemuan Helsinki, Juli 2018. (EPA-EFE/Mauri Ratilainen)
Riza Aslam Khaeron • 5 June 2025 10:38
Washington DC: Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkap isi percakapannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon selama 1 jam 15 menit. Salah satu poin utama dalam diskusi tersebut adalah serangan drone Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia, yang disebut telah menghancurkan puluhan pesawat pembom strategis.
"Kami membahas serangan terhadap pesawat-pesawat Rusia yang sedang bersandar, oleh Ukraina, dan juga berbagai serangan lain yang terjadi dari kedua belah pihak," tulis Trump dalam unggahannya di Truth Social, Rabu malam, 4 Juni 2025.
Trump menyatakan bahwa meskipun pembicaraan itu berjalan baik, "bukanlah percakapan yang akan mengarah pada perdamaian segera." Ia mengutip pernyataan Putin yang menegaskan bahwa Rusia "akan harus merespons serangan terbaru terhadap pangkalan udara."
Melansir The Guardian, serangan tersebut terjadi pada Minggu dan diberi nama Operasi Spiderweb oleh Ukraina. Kyiv mengklaim telah merusak atau menghancurkan lebih dari 40 pesawat, termasuk pembom Tu-95 dan Tu-22M, di empat pangkalan militer Rusia.
Satelit memperlihatkan kerusakan di landasan Belaya Airbase, sementara video drone yang dirilis Ukraina memperlihatkan ledakan besar di beberapa titik.
Trump mengaku Ukraina tidak memberi tahu dirinya sebelumnya tentang serangan tersebut. Kremlin menyatakan bahwa Putin juga membahas hal ini dalam panggilan yang sama. Dalam rapat virtual terpisah, Putin menyatakan bahwa jeda perang hanya akan memberi kesempatan Ukraina menerima senjata Barat dan merencanakan "aksi teror" lebih lanjut.
"Mengapa memberi mereka jeda dari pertempuran?" ujar Putin, seperti dikutip The Guardian.
Putin juga menyebut serangan Ukraina baru-baru ini terhadap jembatan di wilayah perbatasan telah menyebabkan kecelakaan kereta api yang menewaskan tujuh orang. Dengan alasan ini, ia menolak proposal gencatan senjata 30–60 hari yang diajukan Ukraina.
Negosiasi di Istanbul pada awal pekan ini juga tidak membuahkan hasil. Ukraina menyebut usulan Moskow sebagai "ultimatum". Presiden Volodymyr Zelenskyy mengklaim bahwa delegasi Rusia tidak memiliki kewenangan untuk menandatangani kesepakatan damai.
Baca Juga: Ukraina Serang Pangkalan Udara Rusia Tanpa Peringatan ke AS |