Menlu Suriah Assad al-Shalbani saat berbicara di Ankara, Turki, Rabu, 13 Agustus 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 13 August 2025 21:05
Ankara: Menteri Luar Negeri Suriah Assad al-Shalbani memperingatkan bahwa ancaman berulang dari Israel terus menyasar kedaulatan Suriah dan membahayakan keselamatan warga. Pernyataan itu disampaikan Al-Shaibani dalam konferensi pers bersama Menlu Turki Hakan Fidan di Ankara, Rabu, 13 Agustus 2025.
Al-Shaibani menyoroti intervensi asing yang masih berlangsung di Suriah, menyebut sebagian di antaranya “langsung dan bertujuan melemahkan negara Suriah serta menciptakan perpecahan rapuh.”
Ia menegaskan komunitas Druze tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Suriah, membantah klaim Israel yang menyiratkan sebaliknya. “Tidak ada niat untuk mengecualikan mereka (komunitas Druze) dalam bentuk apa pun,” ujar Al-Shabani, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Menurutnya, peristiwa di Sweida dipicu oleh Israel untuk menebar perpecahan sektarian di kawasan. “Kami berbagi banyak kepentingan dan ancaman bersama dengan Turki, dan kami mengingatkan agar tidak mendukung kekacauan di Suriah,” tutur Al-Shaibani.
Ia mengatakan bahwa bersama Fidan, kedua pihak menekankan pentingnya koordinasi dalam bidang keamanan dan militer untuk melindungi perbatasan serta memerangi terorisme.
Al-Shaibani juga menyebut “Konferensi Hasakah” yang digelar oleh komponen di timur laut Suriah merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang ditandatangani pada 10 Maret dengan organisasi teroris YPG.
Pada 10 Maret lalu, pihak kepresidenan Suriah mengumumkan penandatanganan kesepakatan untuk mengintegrasikan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) ke dalam institusi negara, menegaskan kembali kesatuan wilayah negara dan menolak segala upaya pemecahan.
SDF didominasi oleh kelompok teroris YPG, cabang Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang juga dikategorikan teroris.
Pemerintah Suriah kini tengah meningkatkan upaya keamanan sejak tergulingnya Bashar al-Assad tahun lalu setelah 24 tahun berkuasa. Assad, yang memimpin Suriah hampir seperempat abad, melarikan diri ke Rusia pada Desember lalu, mengakhiri rezim Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963.
Sebuah pemerintahan transisi baru dipimpin Presiden Ahmad Al-Sharaa telah dibentuk di bulan Januari.
Baca juga: Bentrokan Baru Guncang Suriah, Gencatan Senjata di Sweida Terancam Runtuh