Arsjad Rasjid mewakili Indonesia dalam International Meeting for Peace yang digelar oleh Komunitas Sant’Egidio di Roma, Italia, pada Minggu, 27 Oktober 2025 (Foto:Dok)
Roma: Dalam forum perdamaian dunia yang dihadiri lebih dari 10 ribu peserta dari berbagai negara, Arsjad Rasjid mengajak dunia melihat ekonomi dengan cara yang lebih manusiawi. Ekonomi yang tumbuh dari nilai dan empati, bukan sekadar angka.
Sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Penataan Akustik Dewan Masjid Indonesia (DMI), Arsjad mewakili Indonesia dalam International Meeting for Peace yang digelar oleh Komunitas Sant’Egidio di Roma, Italia, pada Minggu, 27 Oktober 2025.
Pembukaan forum berlangsung dengan khidmat dan dihadiri Presiden Italia Sergio Mattarella, Ratu Belgia Mathilde, serta Grand Imam Al-Azhar Sheikh Ahmed Al-Tayeb. Dari Indonesia, hadir pula Jusuf Kalla dan Menteri Agama Nasaruddin Umar, yang menekankan pentingnya peran moral dan dialog lintas iman dalam menjaga perdamaian dunia.
"Tanpa perdamaian, tidak ada kemakmuran. Dan tanpa kemanusiaan, ekonomi kehilangan arah,” ujar Arsjad dalam pidatonya berjudul A More Human Economy.
Arsjad menekankan bahwa nilai iman tidak seharusnya berhenti di ruang ibadah. Ia percaya spiritualitas bisa menjadi kekuatan sosial yang menggerakkan masyarakat untuk saling menolong dan tumbuh bersama.
Ia juga menyebutkan bagaimana masjid dapat berkembang menjadi pusat pemberdayaan ekonomi, tempat masyarakat belajar, berwirausaha, dan memperkuat kemandirian. Menurutnya, ketika tempat ibadah juga menjadi ruang untuk menumbuhkan potensi ekonomi, maka nilai iman menemukan wujudnya yang paling nyata.
“Ketika iman diwujudkan lewat kerja nyata, ia menumbuhkan harapan. Pertumbuhan sejati bukan soal menambah angka, tapi memperkuat martabat manusia,” ucapnya.
Dalam pidatonya, Arsjad juga menyinggung pentingnya investasi pada generasi penerus. Ia menegaskan bahwa akses terhadap gizi bagi anak-anak harus menjadi hak dasar, bukan sekadar kebijakan sosial. Memberi anak-anak kesempatan untuk tumbuh sehat, katanya, berarti menanam harapan bagi masa depan bangsa.
"Menjaga masa depan dimulai dari menjaga anak-anak hari ini. Memberi mereka hak untuk tumbuh sehat adalah bentuk paling dasar dari keadilan sosial,” ujarnya.
Arsjad Rasjid pun mengingatkan bahwa dunia kini membutuhkan arah baru, ekonomi yang menghidupkan, bukan sekadar menghitung. Ia mengajak para pemimpin dan komunitas lintas iman untuk berjalan bersama membangun tatanan yang lebih adil dan berempati.
“Mari kita bangun ekonomi yang berjiwa manusia, di mana perdamaian melahirkan kemakmuran dan kemakmuran memperkuat perdamaian,” ujarnya.
Pesan itu menegaskan peran Indonesia di panggung global: bukan hanya membawa nama negara, tetapi menawarkan cara berpikir baru, menjadi jembatan antara nilai iman dan ekonomi berkeadilan sosial, dimana kemajuan selalu berpihak pada manusia.