PM Israel, Benjamin Netanyahu. (EFE/EPA/Ohad Zwigenberg / POOL)
Riza Aslam Khaeron • 18 February 2025 16:36
Tel Aviv: Hamas dikabarkan telah menyetujui untuk menyerahkan pemerintahan di Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Keputusan ini disebut-sebut diambil di bawah tekanan dari Mesir, yang bertindak sebagai mediator dalam kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak kemungkinan ini.
Melansir Times of Israel (TOI) pada Senin, 17 Februari 2025, laporan dari media Arab menyatakan bahwa Hamas bersedia mengalihkan kendali Gaza kepada PA yang berbasis di Tepi Barat. Namun, Netanyahu menegaskan dalam pernyataannya bahwa
"tidak akan ada Hamas maupun Otoritas Palestina di Gaza setelah perang berakhir." Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Israel tidak akan mengizinkan adanya peran PA dalam pemerintahan pascaperang di wilayah tersebut.
Juru bicara Netanyahu, Omer Dostri, dalam pernyataannya di platform X menulis, "Tidak akan terjadi." Sikap ini mencerminkan ketegasan Israel dalam menolak segala bentuk peran PA di Gaza, yang sebelumnya telah ditolak oleh Netanyahu dalam berbagai kesempatan.
Selain itu, Netanyahu juga menyatakan komitmennya terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk Gaza. Mengutip TOI, rencana tersebut mencakup relokasi sebagian besar dari dua juta warga Gaza dan rekonstruksi wilayah tersebut.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Times of Israel pada Senin bahwa Israel tidak akan membiarkan Hamas tetap berada di Gaza dalam keadaan apa pun, baik melalui negosiasi maupun cara lain.
Pejabat tersebut menegaskan bahwa Israel "mendukung sepenuhnya" rencana Trump untuk Gaza, serta menambahkan bahwa emigrasi dari Jalur Gaza akan bersifat sukarela.
"Tujuan kami adalah menciptakan infrastruktur yang memungkinkan warga Gaza untuk meninggalkan wilayah tersebut, dan kami memperkirakan banyak yang akan pergi," kata pejabat itu. "Kami sedang berupaya dalam jangka pendek untuk mengimplementasikan visi Trump dan merancang rincian teknis, operasional, serta praktisnya."
Menurut laporan TOI, setelah perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas bulan lalu, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyatakan bahwa pihaknya siap mengambil alih "otoritas penuh" di Gaza saat gencatan senjata mulai berlaku. Namun, sebelum Trump mengusulkan rencananya untuk Gaza, Netanyahu telah menolak secara terbuka setiap peran pascaperang bagi Hamas maupun PA.
Baca Juga: Mesir Kembangkan Rencana untuk Lawan Trump yang Ingin Merelokasi Warga Gaza |