Dolar AS Ambles Imbas Penundaan Tarif Trump

Dolar AS dan Euro. Foto: Xinhua/Zheng Huansong.

Dolar AS Ambles Imbas Penundaan Tarif Trump

Husen Miftahudin • 15 February 2025 10:35

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) berada di jalur kerugian mingguan pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), karena penundaan penerapan tarif perdagangan yang direncanakan oleh Presiden AS Donald Trump meningkatkan harapan tarif tersebut mungkin tidak seburuk yang dikhawatirkan.

Dolar juga terpengaruh oleh optimisme tentang kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Sentimen itu membantu reli mata uang Negeri Paman Sam tersebut.

Mengutip data Yahoo Finance, Sabtu, 15 Februari 2025, indeks dolar terakhir turun 0,35 persen pada 106,72 dan berada pada jalur untuk kerugian mingguan sebesar 1,3 persen. Angkanya mencapai 106,56, terendah sejak 12 Desember.

Indeks dolar juga turun ke level terendah sembilan minggu setelah data menunjukkan penjualan ritel turun lebih dari yang diharapkan pada Januari, yang menyebabkan para pedagang menaikkan taruhan Federal Reserve dapat memangkas suku bunga dua kali tahun ini. 

Adapun, euro naik 0,32 persen menjadi USD1,0497 dan mencapai USD1,0514, tertinggi sejak 27 Januari. Euro berada pada kecepatan untuk kenaikan mingguan sebesar 1,7 persen. Sementara yen Jepang menguat 0,37 persen terhadap greenback menjadi 152,22 per USD.
 

Baca juga: Hantam Dolar AS, Rupiah Melesat 110 Poin


(Dolar AS. Foto: Freepik)
 

Rencana Trump kenakan tarif timbal balik


Trump menugaskan tim ekonominya untuk merancang rencana tarif timbal balik pada setiap negara yang mengenakan pajak atas impor AS. Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan pemerintahan akan membahas setiap negara yang terkena dampak satu per satu dan mengatakan studi tentang masalah tersebut akan selesai pada 1 April.

Pengumuman pengenaan tarif perdagangan secara luas tersebut tampaknya dirancang untuk memicu pembicaraan dengan negara-negara lain, dengan seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Trump dengan senang hati akan menurunkan tarif jika negara-negara lain menurunkan tarif mereka.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga mengatakan pemerintahan Trump sedang melihat melampaui tarif dan hambatan non-tarif untuk memeriksa manipulasi mata uang saat mempelajari masalah tersebut.

Sementara itu, data penjualan eceran muncul setelah laporan harga produsen untuk Januari menunjukkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi inti yang lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya akhir bulan ini, yang merupakan ukuran inflasi yang disukai Fed.

Pedagang berjangka sekarang memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 41 basis poin untuk tahun ini, sepenuhnya membalikkan pergerakan menuju ekspektasi penurunan suku bunga setelah data harga konsumen keluar lebih tinggi dari yang diharapkan pada Rabu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)