Warga Kota Gaza mulai mengungsi ke wilayah selatan di tengah meningkatnya serangan Israel. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 7 September 2025 08:41
Gaza: Militer Israel meminta warga Kota Gaza untuk mengungsi ke wilayah yang disebut sebagai zona kemanusiaan di selatan Jalur Gaza pada Sabtu kemarin, seiring persiapan militer Israel untuk mengambil alih kota terbesar di wilayah itu. Media lokal melaporkan, pasukan Israel juga mengebom sebuah gedung tinggi di Kota Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membenarkan bahwa mereka melancarkan serangan udara terhadap gedung tinggi tersebut. Menurut IDF, bangunan itu digunakan untuk “peralatan pengumpulan intelijen dan pos pengamatan” guna memantau pergerakan pasukan Israel.
“Sebelum serangan dilakukan, langkah-langkah telah diambil untuk meminimalisasi korban sipil,” ujar pernyataan resmi IDF yang dikutip Politico, Minggu, 7 September 2025.
Namun, warga Gaza yang diwawancarai France 24 menyebut gedung itu merupakan bangunan hunian yang menampung pengungsi. Serangan ini terjadi hanya sehari setelah sebuah gedung tinggi lain di Kota Gaza juga dibom.
Al-Mawasi, wilayah pesisir selatan Gaza yang sebelumnya ditetapkan Israel sebagai zona kemanusiaan, dilaporkan tetap menjadi sasaran serangan berulang kali.
Israel meningkatkan serangan ke Kota Gaza setelah kabinetnya merencanakan ekspansi operasi militer untuk merebut pusat perkotaan terbesar di Jalur Gaza. Kamis lalu, IDF menyatakan telah menguasai 40 persen wilayah Kota Gaza dan berjanji akan “memperluas dan mengintensifkan” operasi dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, kelompok pejuang Palestina Hamas pada Jumat lalu merilis video dua sandera sebagai upaya menghentikan ofensif Israel. Pemerintah Israel menyebut masih ada 48 sandera yang ditahan Hamas, dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, ribuan warga Palestina telah tewas akibat serangan udara maupun tembakan Israel.
Per akhir Agustus, jumlah korban jiwa di Gaza telah melampaui 63.500 orang, termasuk hampir 10.000 perempuan dan lebih dari 18.000 anak-anak, menurut data Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) yang bersumber dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
Serangan-serangan Israel memicu kritik internasional. Juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Tamara Alrifai, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa “serangan semacam ini hanya menambah kampanye yang terus-menerus, tiada henti, untuk meratakan seluruh lingkungan, bangunan, serta memusnahkan keluarga dan kehidupan manusia.”
Bulan lalu, Komisioner Manajemen Krisis Uni Eropa, Hadja Lahbib, mengecam eskalasi militer Israel dengan menyebut, “Pengambilalihan penuh oleh militer Israel akan menjadi bencana: korban massal, layanan publik kolaps, dan sandera dalam bahaya.”
Bahkan, Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa, Teresa Ribera, pekan ini menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai genosida. Itu merupakan kecaman paling keras yang pernah keluar dari Brussels sejauh ini, meski Komisi Eropa kemudian menjaga jarak dari pernyataan Ribera tersebut.
Baca juga: PBB: Warga Gaza Terusir Berkali-kali di Tengah Meningkatnya Serangan Israel