PGI Sebut Demonstrasi Terjadi Buntut Kegelisahan yang Terus Diabaikan

Ilustrasi. Medcom

PGI Sebut Demonstrasi Terjadi Buntut Kegelisahan yang Terus Diabaikan

Despian Nurhidayat • 31 August 2025 12:51

Jakarta: Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jacklevyn Manuputty, menyampaikan rasa keprihatinan serta duka ita yang mendalam terhadap keluarga pengemudi ojek yang meninggal, dan para anggota kepolisian yang menjadi korban dalam tugas pengamanan demonstrasi. Dia menyebut aksi ini bukan sebagai ancaman, karena ini adalah cermin dari kegelisahan yang tak lagi bisa ditahan, dari harapan yang terus-menerus diabaikan.

“Saya mengkritisi penanganan demonstrasi melalui kekerasan yang berlebihan oleh aparat keamanan. Alangkah pilu ketika suara-suara para demonstran itu dibalas dengan kekerasan. Ketika tangan yang seharusnya melindungi justru menindas. Ketika gas air mata serta meriam air menggantikan dialog, dan pentungan menggantikan empati. Kita tidak sedang menjaga ketertiban, kita sedang mengkhianati keadilan,” ungkap Manuputty dilansir dari keterangan resmi, Minggu, 31 Agustus 2025. 

Kepada para politikus, Pdt. Manuputty meminta untuk tidak menafsirkan kemarahan rakyat sebagai alat politik. “Jangan pura-pura lupa, kemarahan rakyat bukan datang dari ruang kosong. Ia lahir dari janji-janji yang dikhianati, dari kebijakan yang menyakiti, dari kepemimpinan yang abai. Jangan mempolitisir luka yang kalian torehkan,” tegas Manuputty.
 

Baca Juga: 

Gedung Negara Grahadi Kantor Gubernur Jatim Dibakar Massa


Pdt. Manuputty menyerukan kepada masyarakat agar tidak membiarkan amarah mengaburkan akal sehat. “Kita butuh ketenangan, bukan karena kita lemah, tapi karena kita ingin tuntutan-tuntutan kita dicapai dengan bermartabat. Mari jaga ruang perjuangan ini tetap bermoral, tetap beradab,” imbau Manuputty.

Menyikapi aparat penegak hukum, Pdt. Manuputty mendorong untuk menangani peristiwa tragis yang berakibat meninggalnya pengemudi ojek secara jujur, transparan, dan mengesampingkan aspek impunitas. Menurut dia, bukan saja aparat penegak hukum, tetapi bangsa ini butuh keberanian untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya.

Dia mengajak untuk membangun bangsa ini bukan dengan represi, tetapi refleksi. Bukan dengan ketakutan, tetapi dengan keberanian untuk berubah.

“Suara rakyat bukan untuk dibungkam, tetapi untuk didengar, dipahami, dan dijadikan arah,” ujar Manuputty.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)