Rupiah Sukses Menguat ke Rp16.469,5 per USD Sore Ini

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Rupiah Sukses Menguat ke Rp16.469,5 per USD Sore Ini

Eko Nordiansyah • 10 September 2025 16:12

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan sore, Rabu, 10 September 2025 menguat. Mata uang Garuda ini mampu menjaga penguatan yang sudah dicapai sejak pagi tadi.

Mengacu data Bloomberg, rupiah berhasil enguat 12 poin atau setara 0,07 persen hingga ke posisi Rp16.469,5 per USD. Rupiah sebelumnya ditutup pada level Rp16.481,5 per USD.

Sementara, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah masih melemah hingga 21 poin atau setara 0,13 persen menjadi Rp16.454 per USD dibandingkan sebelumnya Rp16.433 per USD.

Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.457 per USD. Rupiah menguat dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp16.462 per USD.
 

Baca juga: 

10 Bulan Pemerintahan Prabowo, Kinerja Ekonomi dan Fiskal Berjalan Baik



(Ilustrasi rupiah. Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah)

Perpolitikan di Eropa memanas

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen perpolitikan di Eropa yang semakin memanas setelah Perdana Menteri (PM) Prancis Francois Bayrou mengundurkan diri karena kehilangan mosi kepercayaan di Majelis Nasional. 

Sementara ketidakpastian politik di Jepang setelah pengunduran diri PM Shigeru Ishiba dan prospek sanksi AS yang lebih ketat terhadap Rusia menyusul serangan mematikan Moskow terhadap Ukraina di akhir pekan, juga berkontribusi pada permintaan aset safe haven untuk emas batangan.

"Kemudian, beberapa data menunjukkan penurunan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja AS. Yang paling menonjol adalah data penggajian nonpertanian, yang menunjukkan AS hampir tidak menciptakan lapangan kerja baru di Agustus," jelas Ibrahim.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve AS akan bertemu minggu depan, dan para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga seperempat poin sebesar 89,4 persen. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Beberapa pejabat The Fed memberi sinyal dalam beberapa pekan terakhir bahwa bank sentral akan terbuka terhadap penurunan suku bunga di tengah semakin banyaknya tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja.

Namun, mereka juga menunjukkan kehati-hatian terhadap inflasi yang masih tinggi, terutama dalam menghadapi kenaikan harga akibat tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump. 

"Data inflasi AS untuk Agustus akan dirilis minggu ini, dengan pasar mengamati kemungkinan kenaikan inflasi lebih lanjut, mengingat sebagian besar tarif Trump mulai berlaku bulan lalu," papar dia.

Di sisi lain, Ibrahim menilai pencopotan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan memicu kekhawatiran investor global atas arah fiskal Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto. Sebagai pengganti Sri Mulyani, ditunjuklah Purbaya Yudhi Sadewa.

"Kabar mundurnya Sri Mulyani sebenarnya sudah berembus dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya gejolak politik dan protes publik terkait fasilitas mewah anggota parlemen," urai Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)