Riza Aslam Khaeron • 2 March 2025 16:32
Jakarta: Puncak Carstensz atau yang lebih dikenal sebagai Puncak Jaya merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan bagian dari Pegunungan Sudirman di Papua Tengah. Dengan ketinggian mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut, Puncak Carstensz menjadi salah satu tantangan terbesar bagi para pendaki dari seluruh dunia.
Keunikan lainnya, puncak ini adalah satu-satunya gunung di Indonesia yang memiliki gletser tropis, meskipun kini gletser tersebut semakin menipis akibat perubahan iklim.
Namun, pendakian ke Puncak Carstensz bukanlah perjalanan yang mudah. Pada Kamis, 27 Februari 2025, dua pendaki wanita asal Indonesia, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, meninggal dunia saat turun dari puncak akibat kedinginan dan hipotermia. Andreas Harsono, teman SMA Lilie dan Elsa, mengonfirmasi kabar duka ini.
"Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di Puncak Cartens, dekat Timika, Papua," tulis Andreas di X pada 1 Maret 2025. Tragedi ini menjadi pengingat betapa ekstremnya kondisi di Puncak Carstensz dan pentingnya persiapan matang bagi para pendaki yang ingin menaklukkan gunung ini.
Sejarah Penamaan dan Penjelajahan Puncak Carstensz
Puncak Carstensz pertama kali ditemukan oleh penjelajah Belanda, Jan Carstenszoon, pada tahun 1623. Saat itu, ia melihat puncak bersalju dari kejauhan dan melaporkan temuan ini kepada rekan-rekannya di Eropa.
Namun, banyak pihak yang meragukan klaimnya karena salju di daerah tropis terdengar tidak masuk akal bagi orang Eropa kala itu. Baru pada tahun 1909, penjelajah Belanda lainnya, Hendrikus Albertus Lorentz, bersama enam orang suku Kenyah dari Kalimantan Utara, berhasil mencapai kawasan sekitar puncak dan mengonfirmasi keberadaan salju abadi di wilayah tersebut.
Pada tahun 1936, ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Anton Colijn, Jean Jacques Dozy, dan Frits Julius Wissel berhasil mencapai Puncak Ngga Pulu, salah satu puncak di dekat Carstensz yang kala itu masih tertutup gletser dan memiliki ketinggian lebih dari 5.000 meter. Seiring mencairnya es di kawasan tersebut, Puncak Ngga Pulu kini lebih rendah dibandingkan Puncak Carstensz.
Pendakian pertama yang mencapai Puncak Carstensz dilakukan pada tahun 1962 oleh Heinrich Harrer, seorang pendaki asal Austria, bersama dengan Robert Philip Temple, Russell Kippax, dan Albertus Huizenga.
Puncak ini awalnya diberi nama Piramida Carstensz untuk menghormati Jan Carstenszoon, sebelum akhirnya diubah menjadi Puncak Jaya setelah integrasi Papua ke Indonesia pada tahun 1969.
Pada tahun 1970-an, gletser yang menyelimuti Puncak Carstensz mulai menunjukkan tanda-tanda penyusutan akibat pemanasan global. Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan menunjukkan bahwa Gletser Carstensz dan Northwall Firn terus mengalami penyusutan yang cepat, dengan prediksi akan menghilang sepenuhnya dalam beberapa dekade ke depan. Bukti dari citra satelit menunjukkan bahwa Gletser Meren, yang berada di sekitar Carstensz, telah benar-benar hilang antara tahun 1994 dan 2000.
Sejarah Puncak Carstensz juga diwarnai dengan berbagai pergantian nama. Pada tahun 1963, setelah Indonesia mengambil alih Papua dari Belanda, puncak ini sempat diberi nama Puncak Soekarno.
Namun, nama tersebut kemudian diganti menjadi Puncak Jaya sebagai simbol kemenangan Indonesia dalam merebut Papua. Meskipun demikian, di kalangan pendaki internasional, nama Piramida Carstensz masih sering digunakan.
Geologi dan Iklim Puncak Carstensz
Puncak Carstensz merupakan bagian dari Pegunungan Sudirman dan terbentuk dari batuan kapur yang terangkat akibat aktivitas tektonik selama jutaan tahun. Gunung ini memiliki gletser tropis yang semakin menyusut dari tahun ke tahun.
Melansir National Geographic, "Gletser Carstensz dan Northwall Firn telah menyusut secara signifikan akibat perubahan iklim dalam beberapa dekade terakhir."
Suhu di puncak ini bisa mencapai di bawah nol derajat Celsius pada malam hari, dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Oleh karena itu, pendaki harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi kondisi ekstrem di gunung ini.
Tantangan Pendakian Puncak Carstensz
Pendakian ke Puncak Carstensz berbeda dari kebanyakan gunung di Indonesia karena lebih mengandalkan teknik panjat tebing daripada trekking biasa. Jalur menuju puncak memiliki tebing curam dan memerlukan keahlian dalam menggunakan tali dan peralatan pendakian teknis.
Terdapat beberapa rute pendakian yang umum digunakan:
1. Jalur Ilaga (melalui utara)
2. Jalur Sugapa (lebih sering digunakan)
3. Jalur Tembagapura (melalui tambang Freeport, dengan izin khusus)
4. Setiap jalur memiliki tantangan tersendiri, namun jalur Sugapa menjadi yang paling umum digunakan oleh pendaki internasional.
Daya Tarik dan Keunikan Puncak Carstensz
Selain menjadi bagian dari Seven Summits—tujuh puncak tertinggi di setiap benua—Puncak Carstensz juga memiliki lanskap yang unik dengan kombinasi tebing berbatu, salju, dan hutan hujan tropis di ketinggian yang lebih rendah.
Banyak pendaki dari berbagai belahan dunia yang tertarik untuk menaklukkan puncak ini karena keindahannya serta tantangan teknis yang ditawarkannya.
Puncak Jaya juga merupakan simbol kebanggaan bagi masyarakat Papua dan menjadi bagian penting dari budaya dan sejarah lokal. Nama lain dari puncak ini, Nemangkawi Ninggok, berasal dari bahasa suku Amungme, yang memiliki makna spiritual mendalam bagi mereka.
Puncak Carstensz adalah salah satu gunung paling menantang dan bersejarah di dunia. Dengan ketinggian yang menjadikannya bagian dari Seven Summits serta kondisi medan yang ekstrem, mendaki gunung ini bukan hanya tentang keberanian, tetapi juga kesiapan fisik dan mental.
Kejadian tragis yang menimpa Lilie dan Elsa menjadi pengingat bahwa mendaki gunung ini membutuhkan persiapan matang dan kewaspadaan tinggi. Meski demikian, pesona dan keunikan Puncak Carstensz tetap menjadikannya tujuan impian bagi banyak pendaki dari seluruh dunia.