BMAD Impor Benang, API Sebut APSyFI Hanya Mewakili Industri Hulu yang Padat Modal

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan API Anne P. Sutanto. Foto: Dok istimewa

BMAD Impor Benang, API Sebut APSyFI Hanya Mewakili Industri Hulu yang Padat Modal

Eko Nordiansyah • 24 June 2025 13:20

Jakarta: Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) buka suara perihal bersikerasnya Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) yang meminta dikenakannya Bea Masuk Anti Dumpuing (BMAD) benang filamen tertentu asal Tiongkok. Pasalnya, APSyFI disebut tidak bisa mewakili suara pelaku industri tekstil.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anne P. Sutanto pun menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Perdagangan yang tidak melanjutkan pengenaan BMAD untuk benang POY dan DTY.

"APSyFI hanya sebagian kecil saja dari komunitas industri pertekstilan, dan tidak mewakili industri tekstil nasional apalagi Asosiasi Pertekstilan Indonesia," ujar Anne kepada wartawan, Selasa, 24 Juni 2025.
 

Baca juga: 

101 Perusahaan Tekstil Dukung Pembatalan Kebijakan BMAD Benang Tiongkok



(Ilustrasi. Foto: Dok Kemenperin)

Lebih lanjut Anne menegaskan, APSyFI merupakan asosiasi yang mewakili perusahaan-perusahaan hulu dan lebih kepada padat modal bukan padat karya. Padahal dampak Pengenaan BMAD ini secara jangka panjang justru akan membuat terpuruknya industri hulu di APSyFI.

"Kami di API ini yang benar-benar mengetahui dampak negatif terhadap industri tekstil nasional yang menghasilkan produk turunan tekstil apabila BMAD atas POY dikenakan," ungkap dia.

Produk lokal akan sulit bersaing jika BMAD diterapkan

Anne menyebut, produk turunan tekstil berbahan baku POY ini sulit bersaing dengan impor langsung produk tekstil turunan apabila POY dikenakan BMAD. Apabila yang terjadi dikenakan BMAD, maka penutupan pabrik-pabrik tekstil dan akhirnya PHK lagi dari sektor ini.

"Maka dari itu kami dari API dan Apindo sangat mengapresiasi langkah pemerintah di bawah Presiden Prabowo khususnya Menteri Perdagangan yang tidak melanjutkan BMAD ini dan menyelamatkan ratusan industri tekstil dan ratusan ribu pekerja tekstil diTanah Air," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)