Ilustrasi. Foto: Freepik.
Insi Nantika Jelita • 4 August 2025 17:43
Jakarta: Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyampaikan kinerja intermediasi perbankan dalam posisi stabil dan tangguh. Pada Mei 2025, kredit tumbuh sebesar 7,77 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp8.059,79 triliun.
Dari sisi jenis penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 12,53 persen yoy, disusul oleh kredit konsumsi sebesar 8,49 persen, dan kredit modal kerja sebesar 4,45 persen. Jika dilihat berdasarkan kepemilikan bank, pertumbuhan tertinggi terjadi pada bank umum swasta nasional domestik yang mencapai 10,78 persen yoy.
"Intermediasi perbankan dalam posisi stabil dengan profil risiko yang tetap terjaga. Kredit perbankan tumbuh 7,77 persen yoy," ujar dia dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK secara daring, Senin, 4 Agustus 2025.
Dian melanjutkan, kredit berdasarkan kategori debitur juga menunjukkan tren positif, terutama pada segmen korporasi yang tumbuh 10,78 persen yoy. Sementara itu, kredit kepada sektor UMKM tumbuh lebih moderat sebesar 2,18 persen yoy, mencerminkan fokus perbankan dalam memperbaiki kualitas kredit di segmen ini.
Secara sektoral, penyaluran kredit mengalami pertumbuhan yang mengesankan di sejumlah sektor ekonomi. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh signifikan sebesar 20,69 persen yoy, disusul sektor jasa (19,17 persen), transportasi dan komunikasi (17,94 persen), serta sektor listrik, gas, dan air (11,23 persen).

Ilustrasi Gedung OJK. Foto: dok MI
Dana pihak ketiga tumbuh
Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,96 persen yoy menjadi Rp9.329 triliun. Komponen giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 10,35 persen, 6,84 persen, dan 4,19 persen. Penurunan BI rate turut mendorong penurunan suku bunga perbankan, di mana rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat turun 11 basis poin menjadi 8,99 persen.
"Hal ini didorong oleh penurunan pada suku bunga kredit produktif. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga DPK juga mulai menurun dibandingkan bulan sebelumnya," kata Dian.
Likuiditas perbankan tetap terjaga dengan baik. Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) berada di level 118,78%, dan rasio Alat Likuid terhadap DPK (AL/DPK) sebesar 27,05%, keduanya jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan, yaitu masing-masing 50% dan 10%. Sementara itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) tercatat sebesar 169,04%, menunjukkan ketahanan likuiditas yang solid.
Kualitas aset perbankan juga tetap terjaga. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross berada di angka 2,22 persen, sedangkan NPL net di level 0,84 persen.
Loan at Risk (LAR) juga mengalami penurunan menjadi 9,73 persen, dan kini telah kembali stabil pada level pra-pandemi.
Adapun dari sisi permodalan, perbankan nasional menunjukkan ketahanan yang kuat, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 25,81 persen. Angka ini menjadi bantalan penting dalam mitigasi risiko, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.
Adapun portofolio pembiayaan melalui skema Buy Now Pay Later (BNPL) di sektor perbankan masih relatif kecil yaitu sebesar 0,28 persen dari total kredit. Namun, segmen ini menunjukkan pertumbuhan yang pesat secara tahunan. Per Juni 2025,
outstanding kredit BNPL yang tercatat dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) tumbuh 29,72 persen yoy, mencapai Rp22,99 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 26,96 juta.