Malaysia. Foto: Unsplash.
Kuala Lumpur: Ekspor Malaysia tumbuh 9,1 persen tahun ke tahun (yoy) pada April menjadi 114,7 miliar ringgit Malaysia setelah mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut.
Departemen Statistik Malaysia, dilansir Business Times, Selasa, 21 Mei 2024, menuturkan meskipun angka ekspor akhir membalikkan penurunan sebesar 0,8 persen pada Maret, angka tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 14,1 persen oleh 13 ekonom dalam jajak pendapat Reuters baru-baru ini.
Pemulihan pertumbuhan ekspor Malaysia didorong oleh peningkatan pengiriman barang-barang seperti mesin, peralatan dan suku cadang, bahan kimia dan produk minyak sawit.
Impor pada April meningkat sebesar 15,6 persen yoy menjadi 107 miliar ringgit Malaysia karena meningkatnya permintaan barang setengah jadi yang digunakan untuk sektor manufaktur. Angka ini juga berada di bawah proyeksi para ekonom sebesar 17,8 persen dalam jajak pendapat yang sama.
Dengan angka-angka ini, perdagangan Malaysia mencatat pertumbuhan dua digit sebesar 12,1 persen yoy menjadi 221,7 miliar ringgit Malaysia pada April, yang merupakan pertumbuhan empat bulan berturut-turut.
Malaysia mencatat surplus perdagangan sebesar 7,7 miliar ringgit Malaysia pada April, lebih rendah dari 12,7 miliar ringgit Malaysia pada Maret.
Meskipun pertumbuhan ekspor dan impor tidak mencapai ekspektasi, para ekonom memperkirakan tren perbaikan pertumbuhan ekspor didukung oleh ekspor listrik dan elektronik seiring dengan membaiknya permintaan global.
Pemulihan ekspor
Dalam laporan yang ditulis bersama, ekonom UOB Julia Goh dan Loke Siew Ting mengatakan kuatnya pertumbuhan impor barang setengah jadi menunjukkan bahwa pemulihan ekspor secara keseluruhan masih berada pada jalurnya.
"Kecuali ada tindakan proteksionisme perdagangan yang tidak terduga oleh negara-negara Barat, kami mempertahankan prospek perdagangan kami untuk Malaysia dengan proyeksi pertumbuhan ekspor sebesar 3,5 persen untuk tahun ini," kata mereka dalam sebuah laporan pada Senin.
Ekonom senior OCBC di ASEAN, Lavanya Venkateswaran memperkirakan akan terjadi normalisasi pertumbuhan ekspor tahun-ke-tahun seiring memudarnya efek dasar yang menguntungkan.
"Namun, prospek pertumbuhan yang tangguh dan keseimbangan eksternal yang kuat di tengah tekanan inflasi yang tidak terlalu besar akan memungkinkan Bank Negara Malaysia untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya tidak berubah pada 2024," tambah dia.
Ekonom Regional Senior Barclays Brian Tan mencatat bahwa menyempitnya surplus perdagangan mungkin disebabkan oleh faktor musiman seperti hari raya; dan penurunan pada April 2024 jauh lebih ringan jika dibandingkan periode yang sama 2019 hingga 2023.
Sementara dari Januari hingga April, total perdagangan tumbuh sebesar 8,3 persen menjadi 912,2 miliar ringgit Malaysia dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor dan impor meningkat masing-masing sebesar 3,8 persen dan 13,7 persen. Surplus perdagangan pada empat bulan pertama berjumlah 41,8 miliar ringgit Malaysia.
Ekspor barang manufaktur
Pada April, ekspor barang manufaktur, yang menyumbang 84,8 persen dari total ekspor, meningkat sebesar 7,1 persen yoy. Pengiriman produk pertanian dan pertambangan, yang masing-masing menyumbang 7,2 persen dari total ekspor, masing-masing meningkat sebesar 13,8 persen dan 27,5 persen.
Ekspor ke Singapura, pasar tujuan terbesar bagi Malaysia, meningkat sebesar 9 persen yoy menjadi 18,2 miliar ringgit Malaysia, karena peningkatan ekspor produk elektronik serta mesin, peralatan, dan suku cadang.
Ekspor ke Tiongkok, menyumbang 12,3 persen dari total ekspor, meningkat sebesar 2,1 persen menjadi RM14,1 miliar, didukung oleh peningkatan pengiriman produk kertas dan pulp, bahan kimia dan produk kimia serta produsen logam.
Sedangkan impor barang modal dan konsumsi masing-masing meningkat sebesar 19,5 persen dan 9,7 persen. Impor barang setengah jadi naik 30,5 persen.
Impor dari Tiongkok, yang merupakan 23,1 persen dari total impor, meningkat sebesar 22 persen menjadi RM24,7 miliar. Hal ini didorong oleh tingginya pesanan produk elektronik serta mesin, peralatan dan suku cadang serta produk besi dan baja.
Impor dari Singapura, yang mencakup 13 persen dari total impor meningkat sebesar 35,5 persen menjadi RM14 miliar, karena meningkatnya permintaan terhadap produk elektronik dan minyak bumi.