Rupiah Jelang Akhir Pekan Dibuka Melemah Tipis ke Rp15.376/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Jelang Akhir Pekan Dibuka Melemah Tipis ke Rp15.376/USD

Husen Miftahudin • 22 September 2023 09:53

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Jumat, 22 September 2023, rupiah dibuka di level Rp15.376 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis dua poin atau setara 0,01 persen dari Rp15.374 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.374 per USD, turun lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp15.369 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan di sepanjang hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan ditutup menguat tipis.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat tipis direntang Rp15.350 per USD hingga Rp15.410 per USD," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis harian.

Baca juga: Dolar AS Menguat Didongkrak Data Pengangguran AS
 

Laporan penerimaan pajak direspons positif


Ibrahim mengungkapkan, pelaku pasar merespons positif tentang laporan pemerintah tentang penerimaan pajak negara sampai dengan Agustus 2023 yang mencapai Rp1.246,97 triliun atau 72,58 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023. Hal tersebut sesuai dengan target pemerintah dalam penerimaan pajak.

Adapun jumlah penerimaan pajak negara itu berasal dari PPh Non Migas sebesar Rp708,23 triliun, naik 7,06 persen atau mencapai 81,07 persen dari target APBN, PPN dan PPnBM sebesar Rp447,58 triliun atau naik 8,14 persen atau 64,28 persen dari target APBN.

Kemudian, PBB dan pajak lainnya sebesar Rp11,64 triliun, turun 12,01 persen atau sudah 29,10 persen dari target APBN. Sementara PPh Migas sebesar Rp49,51 triliun, turun 10,58 persen atau sudah mencapai sebanyak 80,59 persen dari target APBN.

"Ke depannya kinerja penerimaan pajak akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan PPS (Program Pengungkapan Sukarela). Lebih lanjut, dari sisi jenis pajak seluruh jenis pajak masih tumbuh positif dengan dinamika periodik yang bervariasi," papar Ibrahim.

Secara rinci, PPh 21 tumbuh 17,4 persen sejalan dengan utilisasi tenaga kerja dan tingkat upah yang baik. Kemudian, PPh Orang Pribadi tumbuh 2,2 persen dan PPh Badan tumbuh 23,2 persen, PPh 26 tumbuh 25,3 persen, PPN dalam negeri tumbuh 15,5 persen.

Sedangkan, terjadi kontraksi pada PPh 22 impor sebesar minus 6,0 persen, PPh Final terkontraksi minus 39,4 persen, dan PPN Impor sebesar minus 4,7 persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Husen Miftahudin)