Akses Pendidikan di Ibu Kota, Kenyataan yang Belum Ideal

Jakarta: Hidup, tumbuh di lingkungan yang baik, dan mendapat pendidikan yang layak adalah hak setiap anak. Namun, di Jakarta, kota yang dikenal penuh peluang, realitanya akses terhadap pendidikan masih menjadi persoalan bagi sebagian anak.

Kawasan Mangga Besar di Jakarta Barat jadi salah satu contohnya. Di tengah hiruk pikuk ibu kota, ditemukan sejumlah anak yang terpaksa berhenti sekolah. Mayoritas karena faktor ekonomi.

Dari hasil penelusuran Telusur Metro TV, empat anak bersedia membagikan kisahnya. Seorang anak berhenti sekolah setelah orang tuanya bercerai dan tidak lagi mampu membiayai. Anak lainnya terdampak langsung pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa orang tuanya sejak pandemi. Ada pula yang merasa salah memilih jurusan sehingga memutuskan berhenti. Satu anak bahkan memilih membantu ayahnya di bengkel demi mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Sementara di Jakarta Utara, sebuah sekolah alternatif berdiri di bawah kolong flyover yang bernama Sekolah Rakyat Merah Putih. Berawal dari bangunan bekas kafe, tempat ini diubah menjadi ruang belajar untuk anak-anak yang tak tersentuh sistem pendidikan formal. Sekolah ini telah berjalan selama dua dekade.

Namun, perjalanannya tak mudah. Selama 10 tahun awal, warga sempat menolak keberadaan sekolah. Penolakan berujung pada tindakan anarkis, bangunan sekolah pernah diacak-acak. Warga tidak terima anak-anak diajak belajar membaca dan berhitung. Meski begitu, pendiri sekolah tak menyerah. Komitmen mereka perlahan meluluhkan hati warga, walau belum seluruhnya menerima.

Berbeda dari Mangga Besar, alasan anak putus sekolah di wilayah ini bukan semata karena ekonomi. Ada yang berhenti karena menjadi korban perundungan. Ada pula yang tak mendapat dukungan dari orang tua, meski memiliki keinginan kuat untuk tetap belajar.

Permasalahan anak putus sekolah di Jakarta masih jadi isu serius. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menilai, negara perlu memberi perhatian khusus bagi mereka yang kehilangan akses belajar. Di tengah kemajuan kota, masih ada mimpi sederhana bagi sejumlah anak putus sekolah yang belum terpenuhi yaitu kembali duduk di bangku sekolah.